home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda

Omnibus Law Disahkan, Ini Poin UU Cipta Kerja yang Tuai Kecaman Publik

Selasa, 06 Oktober 2020 13:38 by RandyW | 472 hits
Omnibus Law Disahkan, Ini Poin UU Cipta Kerja yang Tuai Kecaman Publik
Image Source: dpr.go.id

DREAMERS.ID - Omnibus Law RUU Cipta Kerja resmi di sahkan pada hari Senin (5/10/2020) dalam sidang yang digelar di Gedung DPR, Senayan. Banyak warganet yang mengecaman pengesahan Omnibus Law yang dinilai tidak berpihak pada para pekerja.

Kecaman ini memenuhi kolom trending di laman Twitter dengan tagar #DPRRIKhianatiRakyat #MosiTidakPercaya #OmnibusLawSampah #tolakomnisbuslaw. Hingga muncul petisi di Charge.org agar Undang-undang ini bisa diperkarakan di MK.

Dalam Omnibus Law RUU Cipta kerja terdapat beberapa poin kontroversial dan merugikan para pekerja, poin-poin tersebut diantaranya:

1. Penghapusan Upah Minimum

Salah satu poin yang menjadi sotoran adalah Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/kota (UMSK) yang dihapus, dan digantikan dengan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan berlakunya upah persatuan jam.

Penghapusan UMK dan UMSK didasari atas perhitungan Kebutuhan Layak Hidup (KLH). Tetepi UMP ini dinilai membuat upah pekerja lebih rendah.

2. Jam lembur yang bertambah

Dalam UU 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berisi kerja lembur maksimal 3 jam dalam sehari dan 14 jam dalam seminggu. Sementara dalam draf Omnibus Law BAB IV paling banyak 4 jam dan 18 jam seminggu.

Baca juga: Daftar Artis Korea yang Datang ke Indonesia Bulan Desember 2022

3. Kontrak tanpa batas waktu dan PHK tanpa pesangon

Dalam RUU Cipta Kerja mengatur tentang outsourcing yang bebas digunakan dalam semua jenis pekerjaan dan tidak ada batas waktu.

Para pekerja yang di PHK karena mendapat Surat Peringatan ketiga tidak mendapat pesangon, begitu pula dengan pekerja yang di PHK karena perusahaan pailit, pekerja sakit berkepanjangan dan cacat akibat kecelakaan kerja.

4. Tidak ada cuti panjang

Pasal berikutnya yang menuai kontrovesial adalah pasal 79 ayat 2 dan 5. Dalam ayat 2b berisi waktu istirahat mingguan adalah 1 hari untuk 6 hari kerja dalam seminggu.

Dan ayat 5 yang berisi menghapus cuti panjang dua bulan per enam tahun. Cuti panjang disebut akan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

5. TKA tidak wajib berbahasa Indonesia

Kewajiban TKA untuk memahami budaya indonesia dihilangkan, dengan demikian TKA tidak wajib berbahasa Indonesia. Perizinan TKA dipermudah, karena perusahaan yang menjadi sponsor TKA hanya perlu membutuhkan RPTKA saja.

(rnd)

Komentar
  • HOT !
    Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jakarta yang akan memilih Gubernurnya alias Pilgub di akhr tahun 2024 ini diprediksi masih akan jadi persaingan terpanas pemilihan kepala daerah Se Indonesia. Walaupun, statusnya sudah tidak lagi menjadi ibu kota negara Republik Indonesia....
  • HOT !
    Princess of Wales Kate Middleton belum lama ini mengumumkan kondisi kesehatannya dan mengonfirmasi ia mengidap kanker lewat sebuah video penuh haru. Pakar atau ahli Bahasa tubuh pun membeberkan arti dari gestur tubuh Kate Middleton....
  • HOT !
    Beberapa minggu belakangan kembali menyebar rumor heboh tentang Ibu Negar Perancis, Brigitte Macron yang disebut terlahir sebagai pria dan menjadi transgender wanita di kemudian hari. Padahal, rumor itu sudah berhembus tahun lalu dan dibawa ke pengadilan oleh Brigitte Macron dan ia memenangkan kasus fitnah melawan jurnalis yang mengklaim hal tersebut....

BERITA PILIHAN

FAN FICTION
OF THE WEEK
Writer : Maisaveron
Cast : Jimelsa Anatasha (OC) , Nam Joo Hyuk = Alvaro Gomer Jianheeng, All Member Infinite, Kim Mi Ra

BERITA POPULER

 
 
 
^
close(x)