DREAMERS.ID - Statistik baru terkait angka bunuh diri yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan meningkatnya rasa putus asa di antara pria pekerja karena pandemi virus corona. Seperti pemutusan kerja, memburuknya kondisi tempat kerja, dan menguapnya bonus akhir tahun.
Menurut Kementerian Kesehatan Jepang, ada 705 pria berusia antara 20 dan 59 bunuh diri pada September 2020, naik 56 kasus atau 8,6 persen dari September 2019. Sebelumnya di bulan Agustus 2020, ada 706 kasus bunuh diri, meningkat 6,6 persen pada bulan yang sama di tahun 2019.
Dilansir dari laman AsiaOne, secara total ada 1.805 orang di Jepang bunuh diri pada bulan September, naik 143 kematian dari bulan yang sama tahun sebelumnya.
“Ini adalah kombinasi dari beberapa hal, tetapi semuanya dapat ditelusuri kembali ke dampak virus corona. Selain merugikan pekerjaan, virus juga mengubah cara kami bekerja,” kata Lucky Morimoto, pendiri perusahaan perjalanan insentif Event Services Inc.
Baca juga: [Exclusive Dreamers.id] DXTEEN Spill Deg-Degannya Pertama Kali Perform Di Depan NICO Indonesia!
Statistik bunuh diri dirilis mendekati pengumuman dari agent travel besar domestik JTB Corp bahwa mereka akan memangkas 6.500 staf secara nasional, membekukan perekrutan lulusan baru, dan menutup 115 outlet seperempat dari total yang dioperasikan pada awal tahun.Grup travel Kintetsu juga mengungkapkan bahwa mereka menutup 60 persen gerainya dan merestrukturisasi operasinya, yang menjadi sebuah tanda betapa seriusnya sektor perjalanan Jepang hancur dilanda pandemi.
Selain masalah ekonomi, terlalu lama bekerja di rumah tanpa bersosialisasi juga diakui Morimoto menambah beban pikiran. “Hidup cukup membuat stres dengan tekanan pekerjaan dan masalah sehari-hari seperti membayar tagihan, tetapi jika kita harus bekerja dari rumah tidak ada kesempatan untuk berbicara dengan teman-teman Anda, untuk mengeluarkan sedikit tenaga, untuk bersenang-senang,” katanya.
(kiki)