DREAMERS.ID - Baru-baru ini, Jubir Pemerintahan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro, mengatakan warga negara Indonesia memiliki tingkat optimis paling tinggi soal penanganan pandemi virus corona dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Melansir dari CNN Indonesia, Reisa mengatakan hasil penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar independen internasional Ipsos. Beberapa parameter optimisme yang ada dalam survei Ipsos dipaparkan Reisa, seperti optimisme dalam menerapkan protokol kesehatan hingga rencana pengadaan vaksin.
"Ipsos menyatakan orang Indonesia adalah warga yang paling optimis di ASEAN dalam hal menaklukan pandemi covid-19," kata Reisa dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (6/11) kemarin.
Optimisnya warga negara Indonesia belum cukup hanya dipuji, namun sayangnya di sisi lain masih banyak yang belum sadar dengan bahaya penularan covid-19 lewat OTG atau Orang Tanpa Gejala dilihat dari rendahnya tingkat disiplin masyarakat pada protokol kesehatan.
Angka kedisiplinan masyarakat ini didapat dari hasil survei yang telah dilakukan oleh Nielsen dan UNICEF pada bulan Agustus lalu. Survei dilakukan di 6 kota besar yaitu, Jakarta, Makassar, Surabaya, Bandung, Semarang dan Medan, yang melibatkan 2.000 peserta. Hasilnya cukup mengecewakan.
Baca juga: Gejala Khusus COVID-19 Subvarian XB.1.16 yang Ditemukan 5 Kasus Di Jakarta
Pasalnya, hanya 3,15 persen peserta yang sudah melakukan perilaku pencegahan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), itu artinya hanya sepertiga dari peserta survei yang melakukan protokol kesehatan.Perilaku mencuci tangan menjadi hal yang paling banyak dilakukan peserta, yaitu sebanyak 71,2 persen, memakai masker 70,8 persen, dan yang paling rendah adalah menjaga jarak 46,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa protokol kesehatan 3M masih perlu ditingkatkan.
Konsultan UNICEF Risang Rimbatmaja memaparkan jika dilihat dari status sosial ekonomi, hasil survei mengatakan justru lower 1 dan 2 paling banyak yang melakukan 3 perilaku sekaligus [3M]. Dari sisi usia, yang muda-muda kurang disiplin. Yang agak senior 50-54 tahun paling disiplin.
"Kami (UNICEF) mencoba menggali data agar bisa merumuskan strategi komunikasi yang tepat untuk mencapai perubahan perilaku. Kita harus paham audience, pengetahuan pencegahan (mereka), cara penularan, dan sikapnya terhadap perilaku itu," ujar Communications Development Specialist UNICEF Rizky Ika Syafitri, mengutip CNN Indonesia.
(kiki)