DREAMERS.ID - Korea Utara diketahui melakukan tes peluncuran rudal terbaru di negaranya. Dan hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes atas rencana latihan militer dua negara yang bersekutu, yaitu Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Kabar tersebut, melansir Liputan6 disiarkan oleh kantor berita resmi pemerintah Korea Utara yaitu KCNA, menyusul ketegangan yang kembali meningkat di Semenanjung Korea. Peluncuran rudal Korea Utara yang bersenjatakan nuklir itu dilakukan setelah militer Korsel dan AS memulai simulasi latihan perang pada Senin pagi waktu setempat.
Latihan itu berlangsung meski ada peringatan keras dari Pyongyang, Korea Utara, dan mengingatkan jika kerja sama latihan perang itu membahayakan negosiasi nuklir antara AS dan Korea Utara. Banyak pula yang menilai hal ini bisa kembali merenggangkan hubungan antara Korea Utara dan Selatan.
KCNA mengatakan jika Kim Jong Un telah menyaksikan peluncuran itu pada Selasa pagi yang menyebut aktivitas tersebut memuaskan. Serta mengatakan jika tindakan militer itu akan jadi kesempatan untuk memperingatkan secara tegas latihan perang yang dilakukan AS dan Korsel.
Baca juga: Korea Utara Kutuk Keras Amerika yang Gunakan Hak Veto Tolak Gencatan Senjata di Gaza
Korea Utara sendiri menembakkan dua proyektil yang dianggap sebagai rudal balistik jarak pendek ke laut, kata Kepala Staf Gabungan Selatan. Tes terbaru tersebut adalah proyektil keempat yang ditembakkan dalam waktu kurang dari dua minggu. Yang mana menurut para pengamat, Korut telah mengancam lebih banyak uji coba serupa dalam waktu dekat.Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump sempat meremehkan peluncuran proyektil Korut dengan mengatakan jika Kim Jong Un tidak ingin mengecewakan dirinya. Trump dan Kim memang melakukan peremuan bersejarah di Singapura tahun lalu, namun Korut membuat janji yang tidak jelas tentang denuklirisasi.
Berlanjut dalam KKT kedua di Hanoi pada Februari lalu, perundingan berakhir buntu terkait ketidaksepakatan tentang bantuan sanksi, dan apa yang mungkin diserahkan Korea Utara sebagai imbalan. Keduanya sepakat untuk melanjutkan pembicaraan nuklir selama pertemuan dadakan di Zona Demiliterisasi (DMZ) Juni lalu, namun dialog antar negara belum dimulai hingga sekarang.
(rei)