DREAMERS.ID - Telah melakukan pengobatan kanker parunya di dalam dan luar negeri, perjuangan Sutopo Purwo Nugroho atau yang dikenal dengan Sutopo BNPB terhenti di Guangzhou, Tiongkok saat menjalani pengobatan. Sebelum meninggal dunia, ia menjabat sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Melansir Liputan6, Sutopo meninggal pada 7 Juli 2019 dini hari. Pengobatan mulai dari radiasi, TransArterial Chemo Infusion (TACI), dan kemoterapi pun telah dilaluinya. Dan ia pernah mengakui, seperti kasus kanker pada umumnya, Sutopo juga tidak merasakan gejala. Hanya batuk-batuk di akhir 2017, ia merasakan ada sesuatu pada tubuhnya.
"Sebelum Gunung Agung meletus, mulai merasa batuk-batuk tapi seperti enggak batuk beneran. Ini biasa saja. Saya kasih minum obat seperti OBH sembuh, tapi kambuh lagi," kata Sutopo yang juga merasakan nyeri pada tulangnya.
Pada November 2017, dada kirinya nyeri dan ia memeriksakan kondisi ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lantaran takut terkena penyakit jantung. “Dokter mengatakan bahwa jantung saya sehat semuanya," kata pria asal Boyolali, Jawa Tengah itu.
Tak puas, ia mendatangi dokter spesialis penyakit dalam dan karena diduga asam lambung naik sehingga dada kirinya nyeri, ia diberi obat yang sempat meredakan sakitnya. Namun rasa sakit itu datang lagi.
"Ah, terus saya coba ke (dokter) paru-paru, tidak ada rekomendasi suruh kesana , saya cuma kira-kira aja, inisiatif sendiri ya akrena batuknya itu lho," tuturnya. Dokter kemudian meminta ia menjalani berbagai pemeriksaan seperti rontgen dan CT Scan. Hasilnya pun keluar. "Sampeyan sakit kanker paru-paru stadium IV," kata Sutopo menirukan ucapan dokternya itu.
Baca juga: Penghargaan Pahlawan Kemanusiaan dari BNPB untuk Mendiang Sutopo Purwo Nugroho
Merasa syok dan belum yakin, ia pun mencari second opinion di mana salah seorang temannya bercerita akan kontrol di rumah sakit di Malaysia dan Sutopo ikut ke sana. Ia pun mendapat hasil yang sama."Terus diperiksa macam-macam, hasilnya sama, dokter mengatakan saya kanker paru-paru," cerita Sutopo saati itu. "Ah, tapi kan hidup mati di tangan Allah. Ya udahlah, garis tangan saya seperti ini,”
Ia akhirnya tekun menjalani pengobatan di Indonesia dengan dukungan sang istri dan keluarga. Sutopo juga terkenal dengan dedikasinya pada pekerjaan dengan memberitakan informasi bencana di tengah sakit dan pengobatannya.
Bahkan, pernah sebelum menjalani terapi TACI, ia mendapat berita longsor di Brebes, Jawa Tengah. Langsung, ia bergerak mencari informasi kemudian menulis rilis lalu mengirimkan kepada wartawan. "Selesai itu, baru saya masuk ruangan (untuk TACI)," ceritanya.
Berita meninggalnya Sutopo pun mendapat banyak respon duka cita dari tokoh bangsa dan masyarakat. Kerja keras dan loyalitasnya melayani masyarakat sangat besar terutama dengan memerangi berita belum terverifikasi di tengah bencana untuk meredam keresahan masyarakat.
(rei)