DREAMERS.ID - Pada Rabu (03/04), Brunei Darussalam secara resmi menerapkan hukuman mati bagi kaum LGBT dan tindak perzinaan. Hukum syariat yang pertama kali diterapkan pada negara Asia Tenggara itu pun menuai berbagai macam pro kontra dari kalangan masyarakat hingga dunia.
Hukuman mati ini sebenarnya sudah dicanangkan oleh Brunei sejak tahun 2013 lalu, namun tertunda. Undang-undang baru itu menetapkan hukuman mati untuk sejumlah pelanggaran, termasuk pemerkosaan, perzinahan, sodomi, perampokan dan penghinaan atau pencemaran nama baik Nabi Muhammad.
Hukum ini juga memperkenalkan cambuk publik sebagai hukuman untuk aborsi, serta hukum potong tangan dan kaki atas pencurian, dan mengkriminalkan mengekspos anak-anak Muslim terhadap kepercayaan dan praktik agama apa pun selain Islam, "Saya ingin menekankan bahwa Brunei adalah negara yang selalu menyembah kepada Allah," kata Sultan Hassanal Bolkiah.
Berbagai reaksi dituangkan dalam cuitan Twitter oleh warganet. Ada yang pro seperti, “Saya pikir seluruh dunia perlu mulai memboikot Amerika. Mereka dapat membuat undang-undang dan semua orang mengikuti. Mereka mendukung Israel untuk membunuh warga Palestina yang tidak bersalah. Lihat, kita 1,8 miliar muslim di dunia. Ini adalah hukum Allah. Saya berdiri di samping dengan Brunei," kicau @filzah_ija.
Baca juga: Bakal Digelar 10 Hari, Ini Detail Rangkaian Pernikahan Pangeran Rupawan Brunei Abdul Mateen
Ada pula yang kontra, seperti, “"Di bawah aturan hukum baru ini, Brunei akan secara brutal merajam orang-orang hingga mati," tulis pemilik akun @astroehlein.Pro kontra tidak hanya datang dari warganet, tetapi juga Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres. Dia mengklaim aturan itu sama saja melanggar hak asasi manusia. Begitu pula dengan Uni Eropa yang menyatakan, “Sejumlah hukuman itu termasuk dalam penyiksaan, kekejaman, dan tidak manusiawi”.
Lantas saja pemberlakuan hukum tersebut membuat banyak orang langsung mengambil sikap. Seperti Pemimpin LGBTQ di California, Amerika Serikat bergabung dengan gerakan yang menyerukan pemboikotan hotel milik Sultan Brunei di kawasan Los Angeles. Hotel-hotel itu termasuk Hotel Beverly Hills dan Hotel Bel-Air, yang kerap menjadi tempat menginap para selebritas Hollywood.
(mth)