DREAMERS.ID -Layanan pencegahan bunuh diri di Amerika Serikat (AS) menerima telepon dari seorang remaja yang mengaku akan mengakhiri hidupnya. Tetapi saat ditelusuri, panggilan telepon tersebut berasal dari Indonesia.
Remaja tersebut diketahui menelepon ‘Call Center Suicide Prevention Lifeline’ pada Selasa, 19 Februari 2019, pukul 10.22 pagi waktu Amerika Serikat.
"Anak ini menyampaikan bahwa dirinya akan mengakhiri hidupnya dengan cara memotong urat nadinya, sebelum dirinya berulang tahun yang ke-17 pada tanggal 20 Februari 2019," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Dedi mengungkapkan bahwa Bareskrim Polri turut melacak nomor telepon remaja itu setelah Atase Polri di KBRI Washington, DC, dikabari layanan pencegahan bunuh diri tersebut. Karena, petugas layanan itu sempat menghubungi balik remaja itu.
"Melihat adanya ancaman terhadap keselamatan seseorang, maka Call Center AS yang menerima pengaduan mencoba menghubungi terus si anak untuk memastikan keselamatannya, sekaligus menyarankan untuk konsultasi ke psikolog dan gurunya. Call Center juga meminta alamat si anak, dan memberitahukannya kepada Atase Polri di Kedubes RI Washington, DC," ungkap Dedi.
"Kombes Kurniadi (Kasubdit II Ditrektorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri), yang menerima informasi, langsung memerintahkan anggotanya untuk menyelamatkan anak tersebut. Diketahui penelepon seorang pelajar SMK kelas 2 jurusan IT di Jakarta Timur," kata Dedi.
Dedi juga menyebutkan bahwa Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri kemudian menggandeng ‘Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA)’ Satuan Reskrim Polres Jakarta Timur untuk mendatangi alamat remaja tersebut dan ditemukan dalam keadaan selamat pada Rabu (20/2) pukul 12.00 WIB.
"Ditemukan dalam keadaan baik-baik, selamat," kata Dedi.
Baca juga: Ada Wanita dan Satu Pendatang Baru, Ini Daftar Terbaru Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes
Disamping itu, remaja tersebut diketahui merupakan seorang pelajar SMK berinisial AAP (17) dan ia melakukan aksinya dengan alasan menyelesaikan tugasnya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan perbuatan AAP tersebut."Meski niatnya baik untuk menguji kualitas layanan publik, sebaiknya tidak dilakukan," kata Ketua KPAI, Susanto.
Menurut Susanto, alasan untuk tugas sekolah juga tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Dia juga berpendapat bahwa tindakan tersebut harus dipikirkan akibatnya.
Terkait tindakan yang dilakukan oleh AAP ini, diketahui terinspirasi dari serial remaja di website TV Amerika Serikat berjudul '13 Reasons Why'. Melihat hal ini, KPAI memandang orang tua perlu mengawasi tontonan setiap anak.
"Tak sedikit film menginspirasi anak mempraktikkan apa yg dilihat dalam film. Maka peran orangtua dalam hal ini sangat diperlukan untuk memberikan literasi pada anak agar konten negatif dalam film tidak dipraktikkan dalam dunia nyata. Orangtua harus memilihkan film-film yang edukatif buat anak agar stimulasi tumbuh kembang anak positif," ungkap Susanto.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan APP ingin mengetahui seberapa cepat respons aparat terhadap informasi yang dia berikan. Dia pun ingin menguji kemampuan bahasanya.
"Melakukan hal tersebut untuk mengetahui seberapa cepat aparat menindaklanjuti laporannya serta untuk menguji kemampuan bahasa Inggris-nya," kata Dedi.
(fnj)