DREAMERS.ID - Teknologi, otomatisasi akan mendistrupsi. Kata-kata ini nampaknya mencuat hingga membentuk suatu alasan bahwa pasar pekerjaan masa depan masih jauh dari pasti.
World Economic Forum memprediksi bahwa selama empat tahun ke depan, 75 juta pekerjaan akan shifting atau berpindah sementara 133 juta pekerjaan baru dibuat secara global sebagai hasil dari perkembangan teknologi.
Dan salah satu wilayah yang akan terdampak tentunya Asia Tenggara, karena banyak negara-negara berkembang di wiliayah ini. Untuk mengikuti laju perubahan, pekerjaan akan beralih dari sektor pertanian ke peran oleh layanan dalam beberapa tahun ke depan.
Transisi ini dapat menghasilkan shifting 28 juta pekerjaan yang setara 10 persen dari total penduduk di enam negara dengan ekonomi terkemuka di kawasan itu dalam dekade berikutnya yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pastinya, pergeseran akan mengarah pada munculnya peluang karier baru di industri yang sedang tumbuh.
Namun, hal itu juga akan menyebabkan kehilangan pekerjaan bersih 6,6 juta lapangan pekerjaan karena pekerja tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk perubahan ke peran yang berbeda. Dikutip dari CNBC, Rabu (21/11/2018), Presiden Cisco untuk Asia Tenggara Naveen Menon mengungkapkan beberapa hal tentang ini.
Peluang Kesempatan Kerja
Industri-industri yang menyajikan peluang terbesar di tahun-tahun mendatang adalah produk yang berbasis pengalaman atau pelayanan pelanggan.
"Ketika teknologi baru diterapkan, keuntungan produktivitas akan menurunkan biaya produksi, yang akan membuat harga barang dan jasa turun, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya beli ketika pendapatan meningkat. Ini akan meningkatkan permintaan dan menciptakan lapangan kerja baru," jelas Menon.
Lebih khusus lagi, mereka yang termasuk industri ritel dan grosir, manufaktur, konstruksi dan transportasi. Sementara sektor komunikasi TI, keuangan dan seni walaupun lebih kecil juga akan melihat keuntungan secara relatif.
Mengingat bahwa mayoritas industri tersebut terampil dan sering berhadapan dengan pelanggan, Menon mengatakan bahwa pekerja yang berharap dapat memanfaatkan peluang karir yang muncul harus mencari peluang lagi untuk mengasah keterampilan baru sekarang. Proses itu harus mencakup kombinasi pelatihan profesional dan keterampilan soft skill, seperti komunikasi dan pemikiran kritis.
Kehilangan Pekerjaan
Industri-industri akan menderita kerugian terbesar yakni mereka yang berketerampilan rendah dan rentan terhadap otomatisasi. Terutama yang mencakup lebih banyak peran pertanian dan padat karya, seperti pembersih, operator mesin dan pekerja perdagangan.
Baca juga: Cuma Cicip Kue Digaji 700 juta per Tahun, Mau?
Transisi itu, meskipun terjadi secara global, akan sangat sulit bagi para pekerja di Asia Tenggara karena masih sangat tergantung pada sektor pertaniannya."Sektor pertanian menyumbang sekitar 76 juta pekerjaan di kawasan ASEAN-6 (enam ekonomi utama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Sepertiga dari mereka adalah buruh, yang juga merupakan pekerjaan yang paling rentan terhadap perpindahan teknologi," tulis laporan dari firma riset Oxford Economics dan perusahaan teknologi AS Cisco.
Secara regional
Secara regional, Indonesia akan menderita proporsi terbesar dari pengalihan pekerjaan yang diantisipasi. Dengan 9,5 juta pekerjaan peringkatnya di atas Vietnam dan Thailand yang berbagi dalam tenaga kerja pertaniannya yang berketerampilan rendah.
Namun, Singapura diperkirakan akan merasakan dampak langsung terbesar dari gangguan teknologi. Negara ini diperkirakan akan melihat sebanyak 21 persen dari pekerjaan akan shifting dalam tahun-tahun berikutnya.
Hal ini tak lain karena Singapura sudah berada di "garis depan kemajuan teknologi" dan bisnis, karena itu dapat dengan mudah menerapkan inovasi baru dan proses shifitng ini daripada bermain "mengejar teknologi".
"Relatif terhadap besarnya jumlah tenaga kerja, dan terlepas dari profil pekerja yang sangat terampil, Singapura menghadapi tantangan keterampilan terbesar, menurut model kami, karena sebagian besar pekerjaan baru di sana akan dibuat dalam peran profesional dan manajerial yang sangat terampil," tulis laporan itu.
Prospek Masa Depan
Pergeseran besar yang diantisipasi di tahun-tahun mendatang menciptakan tantangan baik bagi pebisnis maupun karyawan. Namun, sementara skenario itu menghadirkan tantangan, Menon juga mencatat bahwa ada alasan untuk bersikap optimis.
"Hasil dari perubahan ini adalah bahwa pekerja di seluruh ASEAN akan diberi tugas dengan nilai yang lebih tinggi dari pada saat ini," ujar Menon.
Itu akan memiliki efek knock-on yang lebih luas untuk Asia Tenggara, yang merupakan rumah bagi beberapa negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia. "Ini akan membantu menopang pertumbuhan jangka panjang wilayah ini," tambahnya.
(nou)