DREAMERS.ID - Sementara masih sibuk dengan pengungkapan kasus pembunuhan misterius jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi, kini media lokal Turki mengutip jika sejumlah pejabat intelijen Arab Saudi yang notabene dekat dengan sang putra mahkota pernah membahas rencana pembunuhan musuh-musuh dari Iran.
Pembahasan ini disebut dilakukan tahun lalu, sebelum pembunuhan Khashoggi dilansir dari laman Detik. Hurriyet Daily News mengatakan informasi tersebut dilaporkan media ternama Amerika Serikat New York Times yang mengutip sejumlah sumber anonim dalam sebuah laporan.
Para pejabat intelijen Saudi yang dekat dengan Pangeran Mohammed bin Salman pernah bertanya pada sekelompok kecil pengusaha berlatar belakang inlijen pada tahun lalu, soal menggunakan jasa perusahaan swasta untuk membunuh musuh-musuh Saudi dari Iran.
Dituturkan tiga sumber yang memahami pembahasan tersebut, pertanyaan-pertanyaan itu dilontarkan intelijen Saudi pada saat MBS tengah mengonsolidasikan kekuasaan dan mengarahkan para penasihatnya untuk memperluas operasi militer dan intelijen di luar wilayah Saudi.
Baca juga: Akrab di WhatsApp, Ponsel Jeff Bezos Diduga Diretas Putra Mahkota Arab Saudi
Pembahasan itu juga disebutkan dilakukan antara pejabat intelijen Saudi dan para pengusaha di Riyadh pada Mare 2017. Artinya, pembahasan dilakukan lebih dari setahun sebelum Khashoggi tewas dibunuh di dalam Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu.Tim intelijen Saudi dengan beberapa orang yang disebut terkait dengan Pangeran Mohammed bin Salman diduga kuat berada di balik pembunuhan Khashoggi pula. Nama Mayor Jenderal Ahmed Al-Assiri yang kini telah dipecat dan disebut terkait dalam pembunuhan Khashoggi juga diketahui hadir dalam pertemuan Maret 2017.
NYT menyebutkan dalam laporannya jika pembahasan intelijen Saudi soal menyewa jasa pembunuh bayaran untuk musuh Iran itu mengindikasikan jika pejabat Saudi telah mempertimbangkan pembunuhan sejak awal takhta Pangeran Mohammed.
Karena perlu diketahui, di periode waktu terjadinya pertemuan itu, Pangeran Mohammed masih berstatus sebagai wakil putra mahkota sebelum akhirnya Raja Salman mencopot Pangeran Mohammed bin Nayef al-Saud dari seluruh posisinya termasuk posisi Putra Mahkota Saudi.
(rei)