DREAMERS.ID - Golongan pungut atau yang sering disebut Golput adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap praktik politik dari orang-orang yang kecewa terhadap penyelenggaraan negara dengan cara tidak memilih partai atau legislator (dalam pemilu legislatif) atau Presiden (dalam pemilu Presiden).
Tindakan tersebut kini ramai dibicarakan warganet menyusul paslon pilpres 2019 saat ini tidak merepresentasikan aspirasi masyarakat. Hal itu dibenarkan sendiri oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini.
Seperti dilansir Kompas, Menurutnya jika golput tidak ditanggapi secara serius maka golput dapat berdampak panjang hingga menciptakan masyarakat yang anti-parpol.
" Golput harusnya dimaknai oleh parpol sebagai sebuah evaluasi karena selama ini ada kesenjangan antara ekspresi politik warga dengan keputusan elite politik," ucap Titi, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Titi berkaca dari kecenderungan golput yang ramai dibicarakan warganet di media sosial belakangan ini. Menurut dia, itu merupakan bentuk kekecewaan publik terhadap mekanisme pemilihan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden oleh parpol yang abai terhadap keinginan masyarakat.
Baca juga: Dekat dengan Long Weekend, Akankah Berakibat Banyak Golput di Pemilu 2019?
"Itu yang membuat kekecewaan muncul, menjadi sebuah pilihan untuk golput," ujar dia.mengatakan, wajar jika publik merasa pasangan capres-cawapres yang akan bertarung dalam kontestasi Pilpres 2019 tidak mewakili aspirasinya. Hanya saja, publik tentu akan jengah jika parpol terus-menerus menutup mata terhadap aspirasinya.
"Saya berharap ke depan, partai politik mengevaluasi diri, membenahi diri dan tidak memaksakan pola pencalonan yang tidak sejalan dengan aspirasi politik warga," tuturnya.
Oleh sebab itu, Titi menyarankan parpol maupun kandidat capres-cawapres membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka mampu membangun bangsa menjadi lebih baik.
(mdi)