DREAMERS.ID - Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah menilai bahwa pemilihan presiden 2019 harus mencari lawan yang kuat supaya dapat mengalahkan Joko Widodo yang kembali maju menjadi presiden periode 2019-2023.
Menurutnya, jika lawan Jokowi merupakan orang yang tidak pernah terjun ke masyarakat dan tidak pandai dalam berargumentasi maka kemenangan akan kembali diraih oleh Kader PDIP tersebut.
“Dia (Jokowi) kuat kalau yang melawannya enggak jelas, empot-empotan, enggak bisa. Harus lawan yang jago, punya data argumentatif, setiap hari ketemu rakyat. Ini enggak bisa sembunyi harus fight hadap-hadapan,” ujarnya di kutip dari CNN Indonesia.
Penilaian tersebut disampaikan pada saat Fahri sedang dimintai keterangan terkait cuitannya di akun Twitter pribadinya mengenai pertandingan piala dunia antara Perancis dan Kroasia beberapa waktu lalu.
Dalam cuitannya ia menuturkan jika Perancis menang dalam pertandingan tersebut maka incumbent akan menang, tetapi jika Kroasia menang maka incumbent akan kalah.
Baca juga: Fahri Hamzah Menang Gugatan Haruskan PKS Bayar Kerugian Rp 30 Miliar!
Setelah mengembangkan analisis yang ia buat, menurutnya Kroasia merupakan sebuah kekuatan baru, sedangkan Perancis merupakan kekuatan mapan.Fahri mengatakan, jika dilihat dari awal pertandingan, Kroasia telah memenangkan dua angka, tetapi sayang angka tersebut mala menjadi gol bunuh diri, sehingga kemenangan menjadi milik Perancis.
Politikus ini pun menilai bahwa Kroasia yang memiliki kekuatan baru, cenderung gegabah layaknya partai politik oposisi. Dia juga tidak menampik jika unggahannya merupakan salah satu kritikan terhadap parpol oposisi.
“Karena kekuatan baru suka gegabah, sembarangan, tidak kuat, sama seperti parpol oposisi ini. Makanya saya kritik, kalau parpol oposisi dan capres oposisi ini tidak manuver, baik, cerdas datanya, bagus, kalah deh pasti. Incumbent menang karena incumbent kuat dan dalam hal ini Pak Jokowi pasti tambah kuat,” ucapnya.
Kuatnya Jokowi, kata politikus PKS tersebut, sudah terlihat sejak dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Karena, pada saat itu Jokowi dinilai mampu mengontrol APBD 70 Triliun. Dan saat ini Jokowi mampu mengontrol APBD senilai 2.240 Triliun.
(shy)
