DREAMERS.ID - Presiden Jokowi akhirnya mengungkapkan cerita detail soal kunjungannya ke Afghanistan pada 29 Januari lalu. Kunjungan ini begitu menarik perhatian karena dianggap ‘nekat’, selepas adanya ratusan jiwa melayang akibat bom bunuh diri di Ibu Kota Kabul dua hari sebelum kedatangan Jokowi
Kini, Jokowi pun mengungkapkan jika menyadari kunjungannya itu penuh resiko. Jokowi ternyata juga sempat secara langsung menghubungi Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani perihal kondisi negaranya yang tengah rawan.
"Beliau (Ashraf Ghani) bilang, Presiden jangan khawatir, saya jaminannya selama Presiden Jokowi di Kabul. Itu Presiden sendiri yang menjamin," cerita Jokowi dalam acara peresmian pembukaan Rapat Kerja Nasional I Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Gedung Serbaguna 2, Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (21/2).
Wajar jika Jokowi meminta pengamanan ekstra seperti mobil antipeluru, tank dan pesawat khusus untuk mengawalnya selama di sana. Presiden Ashraf pun menyanggupi seluruh permintaan Jokowi yang melanjutkan kisah menegangkan selama di sana.
"Sampai di Afghanistan, sebelum ke Istana, saya ke ruang tunggu disambut Wakil Presiden. Di sana, Wakil Presiden kemudian mengatakan ada permintaan dari Presiden Ashraf Ghani agar saya tak naik panser," tutur Jokowi. Waduh. Saya pikir dua menit, tiga menit, risiko enggak ini? Tapi ya saya Bismillah..,"
Baca juga: Resmi, Menhan Prabowo Sandang Bintang 4 Di Pundaknya
"Karena biar memberikan imej baik pada Afghanistan. Lalu saya ke Istana melewati gang-gang dengan mobil Mercy. Di gang-gang ada tank-tank yang mengawasi. Alhamdulillah saya aman sampai Istana," ucapnya.Menurut Jokowi yang disarankan untuk berpikir ulang soal kunjungannya itu, ia ngotot tetap pergi karena memiliki satu alasan utama: ingin membalas kunjungan Presiden Ashraf yang telah lebih dulu mengunjungi Indonesia.
"Banyak yang menyarankan saya agar tak ke sana, tapi Presiden Ashraf Ghani tahun lalu ke Indonesia, lalu Ibu Negara Rula Ghani juga ke Indonesia. Lalu dari ulama-ulama dari Afghanistan, 35 orang ke Indonesia," ucap Jokowi.
"Untuk apa? Dalam pertemuan dengan ulama, mereka menyampaikan kelihatannya Indonesia yang hanya bisa menyelesaikan sengketa dengan kelompok-kelompok yang bersengketa,” kata Jokowi sambil menceritakan tegananya memikirkan kondisi terburuk di sana. "Gimana enggak? Di kanan, kiri bukit, kalau diroket, selesai,"
(rei)