DREAMERS.ID - Kisruh isu PKI dan makna komunis di Patung Tugu Tani yang dilayangkan Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) di aksi massa 299 minggu lalu masih berlanjut. Melalui sang koordinator, Rahmat Himran, patung petani itu sarat simbol komunis. Namun apa sebenarnya makna dari Patung Tugu Tani yang dipermasalahkan itu?
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam, mengatakan Tugu Tani justru terkait pembebasan Irian Barat. "Tema idenya bercerita tentang seorang ibu yang melepas anaknya yang mau pergi perang. Itu simbol petani, itu simbol rakyat yang mendukung perjuangan militer membebaskan Irian Barat, bukan tentara komunis," ujar Asvi.
Pada tembok yang menopang keberadaan patung itu disematkan pula prasasti bertuliskan, 'Hanja Bangsa Jang Menghargai Pahlawan-Pahlawannja Dapat Mendjadi Bangsa Jang Besar'. Sehingga Asvi mengatakan tidak masuk akal jika dikaitkan dengan komunis, terlebih jadi lokasi demonstrasi PKI.
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko pun membela patung tersebut karena sebenarnya mencerminkan kekuatan Indonesia. Patung itu disebutnya sebagai simbol sistem pertahanan di mana semua komponen bangsa, termasuk masyarakat dan petani turut menyumbang jerih payah kemerdekaan Tanah Air.
Baca juga: Respon Ruhut Sitompul Soal Kisruhnya Kasus Sebutan 'Anak PKI' yang Menyeret Dilontarkannya
"Itu lah sistem pertahanan rakyat semesta, kalau kita memaknai. Orang luar memaknai seperti itu, ada 'deterrent factor' (efek gentar), orang Belanda (melihat) ngeri-ngeri sedap itu, jangan main-main dengan Indonesia," ujarnya.Patung tersebut dibuat dua orang perupa asal Russia, Matvey Manizer dan Ossip Manizer. Patung tersebut didirikan untuk mengenang kemenangan Indonesia, merebut kembali Irian Barat yang kini disebut Papua dari tangan penjajah Belanda, melansir Liputan6.
Patung tersebut terdiri dari dua figur. Figur pertama adalah seorang laki-laki yang hanya mengenakan celana pendek dan topi caping. Di pinggangnya menempel sebuah holster senjata serta menyandang senapan laras panjang. Sementara figur kedua adalah perempuan yang mengenakan kebaya yang menyoodorkan piring kepada figur pertama.
(rei)