Maria menceritakan sekitar 50 orang lebih siswa menonton detik-detik kematian anaknya, Hilarius, yang tersiksa hingga akhirnya pertarungan tersebut merenggut nyawanya. Menurutnya, penyiksaan memilukan itu bahkan direkam dalam video oleh siswa dari salah satu SMU di Bogor.
"Hilarius diadu seperti binatang di arena sorak-sorai anak MY dan BM. Meninggal sebentar karena dalam kondisi jatuh ditarik kakinya, diinjak ulu hatinya, jantungnya diinjak, mata memutih," tulis Maria.
Anaknya sempat tidak ingin melanjutkan perkelahian, akan tetapi pinggangnya ditendang oleh Ketua OSIS di tempatnya bersekolah. Ia berusaha bangkit dan kejang-kejang namun kerap dipukul kepalanya sampai tewas.
"Hila meninggal di TKP. Di lapangan SMU Negeri 7 Indrapasta Bogor. (Pukulan di kepala) atas suruhan promotor dari MY, DO-an untuk pukul Hila yang belum KO, katanya," lanjut Maria.
image source: facebook/mariaagnes
Maria pun sangat menyayangkan peristiwa tersebut, terlebih yang hanya dihukum cuma mereka yang saat itu sedang berkelahi. Sementara menurutnya, promotor acara BOM BOM AN dari DO-an BM ini masih bebas berkeliaran. Ia pun berharap Presiden Jokowi dapat membantu untuk menunjukkan keadilan agar orang-orang yang punya peran menghilangkan nyawa anaknya dapat dihukum.
"Bapak Presiden, saya memohon, Pak. Supaya ada penyempurnaan peraturan hukum untuk kekerasan yang mengakibatkan tunas bangsa harapan negara dan orangtuanya, nyawanya hilang tanpa belas kasih," ujar Maria.
"Biar mereka pembunuhnya masih di bawah umur tapi akibatnya tetap sama. Hilang nyawa orang lain. Saya sedih dan hancur, Bapak Presiden. Mohon Bapak membantu saya untuk solusi keadilan," tutup Maria mengakhiri curhatannya.
Maria juga mengeluhkan pihak sekolah yang tidak melapor ke Dinas Pendidikan terkait siswa yang meninggal karena diadu layaknya petarung gladiator. Akhirnya, dialah yang bergerak mengadu ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, KPAI, hingga anggota DPR dan DPRD.