DREAMERS.ID - Korea Utara mengalami gempa sebesar 5.6 magnitudo pada Minggu (3/9) tepatnya di wilayah Punggyeri, Timur Laut Korut. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia pun merilis hasil pemantauan soal gempa tak lazim itu.
Melansir Detik, gempa tersebut adalah dampak dari uji coba nuklir dan terpantau dengan alat yang dimiliki BMKG.
"Hari Minggu tanggal 3 September 2017 pukul 10.30.04 WIB, BMKG berhasil melakukan monitoring dugaan ujicoba nuklir Korea Utara. BMKG menggunakan sebanyak 166 sensor seismik untuk menganalisis parameter aktivitas seismik yang tak lazim ini," kata Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono.
"Sebagai negara anggota perjanjian non-proliferasi nuklir dan telah menandatangani ratifikasi pelarangan uji coba nuklir bawah tanah, Indonesia berkewajiban ikut melakukan pemantauan uji coba nuklir melalui sistem monitor seismik yang dioperasikan BMKG," ungkapnya.
Baca juga: Korea Utara Kutuk Keras Amerika yang Gunakan Hak Veto Tolak Gencatan Senjata di Gaza
Bentuk implementasi dari perjanjian itu adalah pemasangan 6 stasiun seismik Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization (CTBTO) sejak 2002 silam. Ke-enam stasiun seismik ini dipasang di Kappang (Sulawesi Selatan), Parapat, Lembang, Kupang, Sorong dan Jayapura. Sistem peralatan ini dikelola oleh BMKG untuk mendukung pengawasan uji coba nuklir dari wilayah Indonesia.Sementara itu, dari pihak Korea Utara mengonfirmasi jika uji coba peledakan bom jenis hidrogen itu ‘berhasil dengan sempurna’. Pengumuman ini dilakukan hanya dua jam setelah gempa tak lazim di atas terdeteksi.
Sebelumnya pada pagi hari, kantor berita Korut, KCNA juga merilis beberapa foto yang memperlihatkan pimpinan tertinggi Kim Jong Un menginspeksi bom hidrogen baru mereka. KCNA juga menyebut bom tersebut memiliki tenaga dari 10 hingga ratusan kiloton.
(rei)