DREAMERS.ID - Maraknya peredaran narkotika di Indonesia membuat meningkatnya status darurat narkoba. Penyebaran itu tidak bisa dipungkiri juga berasal dari beberapa negara tetangga dengan oknumnya yang memasarkan barang haram itu masuk Indonesia.
Contohnya pada 6 Agustus lalu, BNN menyita 17,54 kg narkotika jenis sabu-sabu dan dua pelakunya tewas di Kalimantan Barat. Kemudian, pada 18 Agustus BNN menyita 40 kg sabu-sabu di perairan Aceh dan salah satu pelakunya merupakan oknum anggota TNI.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Budi Waseso atau Buwas mengatakan hampir sebagian besar narkotika dari luar negeri berasal dari Malaysia. Peredarannya melalui jalur laut maupun jalur darat.
Diperkirakan sekitar 100 kilogram sabu-sabu masuk Indonesia setiap bulannya berasal dari Malaysia dengan tujuan menghancurkan generasi muda Indonesia. Sindikat narkotika yang kerap ditangkap merupakan jaringan Malaysia. Bahkan kasus di Kalimantan Barat ternyata berhubungan dengan kasus sabu 1 ton di Anyer.
Baca juga: Terpidana Korupsi Bakal Dipenjara di Nusakambangan dengan Pengamanan Super Maksimum?
"Dua jaringan (narkotika, Red) melibatkan negara tetangga kita Malaysia. Saya bisa katakan bahwa Malaysia masih men-supportlancarnya narkotika masuk ke negara kita," tuturnya. "Tahun 2016 kita memusnahkan 3,5 ton sabu-sabu, tetapi tahun ini jumlah narkotika jenis sabu-sabu yang masuk ke Indonesia semakin meningkat drastis. Saya sejak Kabareskrim, sudah sering saya mengurus anak buah untuk mengungkap jaringan di sana,”Indonesia memang bekerja sama dengan kepolisian Malaysia. Namun jaringan tersebut hilang dan tak terendus keberadaannya setelah kerja sama dilakukan.
"Negara tetangga kita memang sengaja membiarkan para bandar narkoba mereka yang steril dari menggunakan narkoba untuk memanfaatkan daerah perbatasan. Mereka juga memasukkan tidak dalam jumlah besar sekaligus, satu ton bisa dibagi ke beberapa titik di wilayah Indonesia," kata Buwas.
(rei)