DREAMERS.ID - Misteri tewasnya Johannes Marliem yang disebut-sebut sebagai saksi kunci penguak kasus korupsi Rp 2.3 triliun, E-KTP, meninggalkan banyak pertanyaan. Meski dikabarkan bunuh diri dengan menembakkan peluru dari pistolnya, Johannes Marliem disebut memiliki beberapa luka di tubuhnya.
Hal itu dianggap kurang lazim dalam peristiwa pembunuhan. Belum lagi, kesaksian tetangga sekitar yang mendengar beberapa kali letusan tembakan, seperti terjadi baku tembak yang menambah spekulasi beredar liar.
Ternyata, Johannes Marliem sudah merasa risih dan khawatir dirinya disebut sebagai saksi kunci kasus mega korupsi tersebut. Ia sempat bertukar pesan dengan Kontan, media Investasi dan Ekonomi Indonesia, Marliem mengatakan kecewa pada pimpinan KPK dan sebuah media massa yang membuat nyawanya terancam.
"Saya tidak mau dipublikasi begini sebagai saksi. Malah sekarang bisa-bisa nyawa saya terancam," ujarnya. "Seharusnya penyidikan saya itu rahasia. Masa saksi dibuka-buka begitu di media. Apa saya enggak jadi bual-bualan pihak yang merasa dirugikan? Makanya saya itu kecewa betul,"
Baca juga: Mengapa Seluruh Warga Jakarta Wajib Cetak Ulang E-KTP Tahun Depan?
Yang Marliem permasalahkan adalah soal terbongkarnya bukti berupa rekaman pembicaraan yang ia miliki. Apalagi dalam pemberitaan di media sebelumnya, seolah dijlaskan jika Ketua DPR RI Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka karena rekaman yang ia miliki."Saya kira sama saja hukum di AS juga begitu. Kita selalu menjunjung tinggi privacy rights, harus memberitahu dan consent bila melakukan perekaman," kata Marliem. "Jadi tolong jangan diplintir lagi. Saya tidak ada kepentingan soal rekaman. Dan ada rekaman SN (Setya Novanto) atau tidak, saya juga tidak tahu. Namanya juga catatan saya,"
Marliem juga sempat membantah memberi suap US$200 ribu pada terdakwa kasus e-KTP, Sugiharto dengan memberikan bukti rekaman pembicaraan hanya ingin memberikan teknologi terbaik di program e-KTP. Harga yang ia berikan pun dalam batas wajar dan tidak digelembungkan seenaknya.
"Saya sudah pahit-pahit ngomong di depan, bahwa kami ini perusahaan Amerika. Tidak bisa cawe-cawe. Kami tidak bisa mengeluarkan uang dari perusahaan untuk kepentingan tidak jelas," tuturnya melansir Tribunnews.
(rei)