DREAMERS.ID - Front Pembela Islam (FPI) kembali menjadi perhatian masyarakat setelah adanya dugaan persekusi atau aksi sewenang-wenang menangkap seseorang yang biasanya berujung intimidasi dan kekerasan. Yang paling baru adalah persekusi atas seorang remaja di Cipinang Muara, Jakarta Timur yang video kekerasannya menjadi viral.
Polisi pun bertindak cepat dengan menangkap 2 tersangka. Presiden Joko Widodo juga memerintahkan jika aksi persekusi harus ditindak tegas. Namun, kejadian persekusi tersebut dibantah oleh Ketua Bantuan Hukum FPI Sugito Atmo PAwiro jika dilakukan oleh anggotanya. Ia berdalih, peristiwa viral itu dilakukan oleh warga dan simpatisan FPI.
Lebih lanjut, Sugito mengaku memang ada prosedur standar di FPI untuk mereka yang menghina ulama, yaitu dicari alamatnya dan dilaporkan ke polisi jika identitas telah diketahui. Namun bukanlah tindakan persekusi seperti yang ramai dibicarakan, melansir CNN.
"Menjadi masalah karena simpatisan tidak tahu batasan dan koordinasi di internal FPI. Bila orang di luar FPI karena kecintaan ulama melakukan tindakan di luar batas, kalau minta tolong, kita akan bantu. Kita simpati pada mereka yang membela ulama walau tindakan mereka salah," kata Sugito.
Baca juga: Mengintip Lagi Kericuhan Intimidasi Miris #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja di CFD
Meski begitu, Sugito mewakili pihaknya mengatakan jika perlakuan di dalam video bermasalah itu tidaklah benar. Dan jika ada yang menyikapi secara berlebihan, Sugito mengatakan FPI mendukung aparat hukum untuk bertindak.Hal ini juga diamine oleh Psikolog Universitas Indonesia Hamdi Muluk yang menilai tindakan polisi untuk menangkap pelaku sudah tepat. Bahkan pelaku harus diberi efek jera. Karena bagaimana pun, demokrasi mengharamkan penyelesaian masalah dengan cara kekerasan.
"Kita bisa mengutuk ramai-ramai kalau ada kegiatan itu. Masyarakat jangan diam saja, (pelaku persekusi) diberi hukum tegas agar jera," kata Hamdi. "Tidak ada alasan organisai keagamaan yang membenarkan kekerasan. Kalau ada kekerasan, berarti mereka bukan organisasi agama. Mereka memanipulasi agama saja,"
(rei)