DREAMERS.ID - Filipina sedang darurat militer, salah satunya karena aksi kelompok radikal mengatasnamakan Islam, ISIS yang terlibat bentrok di Marawi dan Mindanao. Awalnya, insiden terjadi atas aksi pemberontak warga Filipina yaitu Maute, namun kini bertambah buruk karena adanya kelompok ekstrimis yang berniat mendirikan provinsi ISIS di Mindanao.
Bahkan diketahui via Tempo, sebanyak 6 milisi ISIS yang berkewarganegaraan Indonesia serta Malaysia turut tewas di Marawi saat bentrok dengan militer Filipina, Kamis (25/5). Kini kolaborasi ISIS, Maute dan Abu Sayyaf di Mindanao memperkeruh suasana dan banyaknya korban berjatuhan.
Melansir Suara, polisi menemukan banyak mayat-mayat yang tertembak di kepala, tak sedikit tengan tangan terikat di punggung mereka. Di Filipina, mayat dengan tangan terikat di belakang adalah simbol ‘munafik’ atau pengkhianatan. "Mereka terbunuh karena mereka tidak bisa mengutip ayat-ayat Al-Quran," kata perwira polisi Marawi, Jamail C Mangadang.
Baca juga: Begini Alasan Anak-Istri Terduga Teroris ISIS Eks WNI Tidak Bisa Ditangani LPSK
"Ini adalah konflik yang telah melampaui proporsi. Tingkat kerusakan dan orang-orang yang terkena dampaknya sangat besar," kata politisi lokal Zia Alonto Adiong dikutip Reuters.Presiden Rodrigo Duterte telah menempatkan Mindanao yang juga sebagai tempat mayoritas Muslim itu menjadi darurat militer. Namun tentara tetap mengonfirmasi jika korban tewas telah mendekati angka 100 orang.
Kolaborasi 3 kelompok di atas pun telah menjadi satu orang bernama Isnilon Hapilon menjadi pemimpin mereka yang diyakini juga anggota ISIS di Filipina. Hapilon dikenal sebagai teroris paling berbahaya di dunia dan Amerika menawarkan hadiah US$ 5 juta untuk penangkapannya.
(rei)