DREAMERS.ID - Sebuah desa di Korea Selatan panik setelah isu wabah kanker menyerang daerahnya, hingga rumor tersebut menyebar ke tingkat provinsi. Adalah desa di Iksan yang berada di Provinsi Jeolla Utara yang mendapat laporan sejumlah warganya meninggal karena kanker dalam waktu hampir bersamaan.
Melansir Korea Times, warga mengatakan jika 10 dari 80 penduduk meninggal karena beberapa tipe kanker berbeda, seperti kanker paru-paru, hati hingga lambung. Dan lebih dari 5 orang berjuang melawan penyakit mematikan tersebut sejak 2012.
Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, sekitar 445 dari 100.000 orang dewasa Korsel meninggal karena kanker. Hal ini mengartikan rata-rata penduduk meninggal karena kanker sebesar 0.45%.
Meski terlihat sedikit, jumlah rate kanker di desa tersebut meningkat 40 kali lebih tinggi. Meski tak menular secara langsung, isu kanker ini tengah diselidiki oleh Institut Penelitian Kesehatan dan Lingkungan Jeollabukdo.
Karena bisa jadi tingginya tingkat penderita kanker di daerah tersebut karena lingkungan dan pola hidup warga yang membuat peluang kanker muncul dalam tubuh. Institut di atas pun telah mengambil sampel air tanah dan emisi dari polusi udara akibat pabrik di sana.
Baca juga: Bunuh Diri Masih Menjadi Penyebab No. 1 Kematian Anak Muda Korea
Namun warga menduga potensi kanker tersebut datang dari penyubur tanaman yang kerap digunakan untuk industri pertanian dan perkebunan. Namun sebagian besar lainnya yakin jika penyebab kanker datang dari air yang terkontaminasi.“Ketika tanaman-tanaman ditanam berbatasan dengan desa sejak tahun 2000-an, sebagian besar penduduk meminum air tanah yang kami duga tercemar karena kebocoran air yang mengairi tanaman tersebut,” kata seorang warga yang tak ingin disebutkan namanya.
Hal serupa juga sempat terjadi di sebuah desa di Namwon yang berada di provinsi yang sama. Lebih dari 10 dari 20 penduduk desa meninggal karena kanker paru-paru. Desa ini diduga tercemar karena dekat dengan pabrik pembuatan aspal dan beton.
Sayangnya, meski investigasi epidemiologikal menunjukkan hubungan yang kuat antara lonjakan kanker dan tanaman yang terpapar, warga tak bisa menuntut atau meminta kompensasi karena kurangnya bukti.
(rei)