DREAMERS.ID - Dalam beberapa kali persidangan, tersangka kasus pembunuhan berencana terhadap I Wayan Mirna Salihin (27), Jessica Kumala Wongso (27) memang terlihat begitu tenang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Psikiater forensik RSCM dr Natalia Widiasih pun menyimpulkan bahwa tidak terdapat gangguan jiwa pada Jessica.
Hasil tersebut ungkapkan dr Natalia Widiasih usai ia melakukan pemeriksaan dengan metode wawancara, analisa data pemeriksaan dan kamera pengintai. Pemeriksaan kejiwaan terhadap Jessica berlangsung pada 11-16 Februari 2016.
"Kami perlu melihat semua data, memotret kondisi kejiwaan misal saat dia minta pertolongan. Pada Jessica kami meminta data dari ibunya. Kami simpulkan saat pemeriksaan tidak didapatkan adanya gangguan jiwa berat," ujar Natalia dalam sidang yang digelar di PN Jakarta Pusat, Kamis (18/8).
Baca juga: Jessica Jung Akui Tinggalkan SNSD adalah Saat Tersulit dan Kelam dalam Hidupnya
Dia lantas menjelaskan bahwa Jessica punya tipe kepribadian yang tergolong normal dan tidak menunjukkan adanya gangguan kepribadian. Namun, Jessica juga diketahui memiliki tingkat emosi yang cenderung naik pada kondisi tertentu. Natalia juga membeberkan hasil pemeriksaan emosi terhadap Jessica, yang memiliki hasil yang cukup mengejutkan."Didapatkan juga bahwa kecenderungan adanya agresifitas pada dirinya. Ancaman bunuh diri sampai melukai diri. Didapatkan data bahwa ada riwayat, dia dalam situasi tekanan, masalahnya banyak, dukungan sosial tidak ada, kelihatan emosinya. Bisa marah, menyakiti diri," tegasnya.
Sementara itu, Anggota Majelis Hakim PN Jakarta Pusat, Binsar Gultom, Kamis (18/8) lalu sempat menanyakan pada psikiatri forensik RSCM, dr Natalia Widiasih Raharjati mengenai makna kondisi Jessica yang disebut shock akibat ucapannya di dalam persidangan beberapa waktu lalu. Sebab, hal itulah yang berujung pelaporan dirinya kepada Komisi Yudisial.
"Tanpa dilihat saksi tapi ada bukti-bukti lain bisa dihukum, sontak ada kepribadian yang shock, menangis. Kepribadian seperti apa? Saudara mengatakan ada test kejiwaan dan lie detector?" tutur Binsar salam persidangan di PN Jakarta Pusat, Kamis (18/8).
Natalia pun menjelaskan bahwa kondisi Jessica yang dimaksud itu kemungkinan terjadi karena ucapan Binsar yang di luar prediksi dan perencanannya. "Jessica ini pribadi yang selalu memiliki perencanaan. Kita lihat memang pola Jessica di dalam beberapa tes psikologi dan pemeriksaan klinis. Ada situasi yang tidak masuk pada planning, tiba-tiba itu tidak sesuai langsung muncul emosi," ucap Natalia.
Menurut Natalia, saat hakim menuturkan pertanyaannya, bisa saja saat itu Jessica sedang mengalami lonjakan emosi. Hal tersebut dijelaskan dengan teori stress diathesis model.
"Kalau secara kedokteran, itu pakai stress diathesis model. Di luar pola pengendalian dia, ada pola yang berbeda. Apakah berdebar, emosi, jadi terlihat berbeda," terangnya.
Selain itu, di dalam persidangan Natalia membeberkan beberapa fakta baru mengenai Jessica. Salah satunya yakni keterangan Christie selaku atasan Jessica yang menyatakan bahwa karyawannya tersebut mengetahui dosis untuk membunuh seseorang.
"Jadi waktu itu saya ketemu Christie, Dia ini atasannya Jessica dan memang suka chat sama Jessica. Jessica pernah bilang ke dia 'Kalau saya mau membunuh orang, saya tahu pasti caranya. Saya bisa menggunakan pistol dan saya tahu dosis yang tepat," papar Natalia.
Lebih lanjut, Natalia menjelaskan bahwa Christie dan Jessica memiliki hubungan yang terbilang cukup dekat. Namun, setelah Jessica memiliki masalah dengan Patrick sang mantan kekasih, Jessica menjadi pribadi yang tidak menyenangkan.
"Christie menceritakan Jessica adalah orang yang tertutup. Kami juga diperlihatkan hasil kerjanya oleh Christie dan hasilnya bagus. Baru ketika ada masalah dengan pacar, relasi Jessica dengan mereka mulai tidak nyaman," pungkas Natalia.