DREAMERS.ID - Seorang siswi SMA bernama Sonya Depari baru-baru ini menjadi perbincangan hangat netizen. Sikap arogan yang ditunjukkannya ketika mobil yang dikendarainya dihentikan Polantas karena melanggar lalu lintas saat konvoi usai ujian nasional menjadi viral dan diberitakan sejumlah media nasional.
Terlebih lagi ia mengancam polwan dan mengaku sebagai anak dari Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Irjen Arman Depari. "Oke Bu ya, aku nggak main-main ya Bu. Kutandai Ibu ya. Aku anak Arman Depari," ujar Sonya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Irjen Arman Depari sendiri membantah berita tersebut dengan mengatakan kalau dirinya hanya memiliki tiga berjenis kelamin laki-laki. "Tidak benar, saya tidak punya anak perempuan. Anak saya tiga semua laki-laki dan semua di Jakarta," ungkapnya.
Baca juga: Ayah Kandung Sonya Depari Meninggal Dunia, Keluarga Minta Netizen Stop 'Bullying'
Dilaporkan Merdeka, Arman diketahui sebagai seorang perwira tinggi Polri yang sempat menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau. Karier lulusan Akpol 1985 terus melesat ketika dipromosikan tugas di BNN.Sosoknya memang dikenal banyak terjun dipemberantasan narkoba dan pernah menjadi Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Direktur IV atau Narkoba Mabes Polri. Banyak kasus besar yang sudah diungkapnya.
Penugasan di luar negeri juga sempat beberapa kali diberikan. Arman tercatat sempat menjadi Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja dan Yugoslavia. Dia juga pernah menjadi Kadensus 88 Polda Sumatera Utara.
Arman telah menghubungi Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto. Menurut Mardiaz, Arman juga meminta Sonya untuk ditindak. "Beliau (Arman Depari) mengatakan, apabila ada pelanggaran, tindak saja," kata Mardiaz, Kamis (7/4).
Menurut Mardiaz, tidak dipungkiri bila Arman dan Sonya memiliki ikatan kekerabatan. Meski begitu, kata Diaz, siswi cantik bentak Polwan bukan anak kandung Arman.
"Tadi malam beliau (Arman Depari) menelepon saya untuk mengonfirmasi siswi yang ada di medsos itu bukan anaknya. Walaupun tadi pagi kita mengetahui bahwa marganya sama. Dan kita ketahui di Sumatera Utara ini, terutama pada masyarakat Batak, Mandailing, kalau satu marga dianggap satu keluarga," lanjutnya.
