DREAMERS.ID - Isu Terorisme dan ekstremisme semakin menjadi pusat perhatian dunia. Publik internasional semakin dibuat cemas oleh klaim kelompok Negara Islam (ISIS) dalam sederet insiden berdarah, seperti yang terjadi si Paris November 2015 dan Brussels, Belgia beberapa hari kemarin.
Kelompok peneliti isu terorisme dan ekstremime Austria, Viennese Observatory for applied Research on Terrorism and EXtremism (VORTEX), memaparkan hasil temuan mereka. Menurut VORTEX, radikalisme Negara Islam mencuat dan menyebar terutama melalui kecanggihan teknologi.
Menggunakan platform seperti Twitter dan YouTube, mereka mencoba menyebar luaskan paham secara menyeluruh. "Temuan kami ada 3,4 juta tweet terindikasi propagada, 3,3 juta akun Twitter, dan 1,8 juta URL," papar Nico Prucha dan Ali Fisher di Kedutaan Besar Austria di Jakarta, Kamis (24/3).
Islam sendiri menempati urutan kedua terbesar dalam agama yang dianut oleh masyarakat Austria. 2,75 persen dari total keseluruhan populasi. "Jumlah tersebut terus berkembang, karena Islam di Austria adalah agama yang tercatat dalam hukum negara," sambung Nico.
Baca juga: Begini Alasan Anak-Istri Terduga Teroris ISIS Eks WNI Tidak Bisa Ditangani LPSK
Lebih jauh, Menyinggung fenomena banyaknya militan yang berasal dari benua biru, menurut penelitian VORTEX, hal tersebut berasal dari ideologi yang salah."Mereka berpikir jika keberadaannya di Eropa adalah salah tempat, karenanya mereka ingin menjadi muslim seutuhnya, segera mendapat surga-Nya, namun tanpa bekal yang cukup, mereka menilai paham Negara Islam adalah benar, karenanya banyak dari orang Eropa pergi dan bergabung menjadi tetara militan," ungkap Nico.
Diketahui, VORTEX bekerjasama dengan Nahdahtul Ulama (NU) dalam penelitian ini. Selama dua tahun mereka memusatkan ramuan penelitian tentang terorisme dan ekstremisme di Universitas Vienna, Austria dan Rembang, Jawa Tengah. Proyek penelitian ini juga didukung penuh oleh Kementerian Dalam Negeri Austria, dalam gerakan menangkal isu tersebut.