DREAMERSRADIO.COM - Lebih dari tiga hari masa evakuasi kapal feri Sewol yang tenggelam di perairan barat daya Korea Selatan, regu penyelam kembali menemukan sejumlah korban tewas. Dikutip BBC Indonesia, penyelam telah berhasil memasuki feri dan mengambil 17 jenazah, hingga kini jumlah korban tewas yang ditemukan telah meningkat hingga 49 orang.
Dengan semakin menipisnya harapan korban hidup, para keluarga orang tua murid siswa-siswi yang menjadi korban pun menyatakan protes dan kemarahan atas minimnya upaya penyelamatan yang dilakukan saat insiden terjadi.
Para keluarga dan orang tua murid korban yang masih menunggu kepastian nasib anggota keluarga mereka pun banyak yang mendatangi Pulau Jindo, lokasi terdekat dari tempat kecelakaan yang kini menjadi tempat evakuasi korban selamat.
Namun karena terlalu lambatnya proses evakuasi, sekitar 100 orang pun mengamuk dan berusaha meninggalkan Pulau Jindo untuk melakukan protes di ibukota Korsel, Seoul. Bentrokan tersebut pun terpaksa dihentikan oleh pihak polisi.
“Bawakan saya jenazahnya sehingga saya dapat melihatwajah dan memeluk anak saya,” teriakan pilu seorang wanita.
Baca juga: Momen Dramatis Evakuasi Kecelakaan Kapal Korea Selatan yang Tewaskan Belasan Orang
“Kami ingin jawaban dari pihak yang bertanggung jawab, mengapa tak ada perintah apapun dari kapal dan tak ada upaya penyelamatan (saat insiden terjadi). Mereka jelas berbohong dan melempar tanggung jawab,” ujar seorang ayah dari siswa yang merupakan korban hilang.Kecelakaan yang memakan banyak korban ini terjadi ketika sang kapten diketahui tak memerintahkan proses evakuasi dan malah melarikan diri. Para penumpang yang didominasi murid SMA tersebut pun panik dan tak mampu keluar dari kapal karena tak dievakuasi.
Kapal feri Sewol yang mengantarkan penumpang dari Pelabuhan Incheon ke Pulau Jeju pada Selasa (15/04) malam mengalami kecelakaan dan akhirnya tenggelam di perairan Pulau Jindo pada Rabu (16/02) pagi. Hingga kini 49 korban dinyatakan tewas, 253 orang masih dinyatakan hilang dan 174 orang lainnya selamat.
(ncl/BBC Indonesia)