DREAMERS.ID - Gempa bumi dengan potensi tsunami melanda Jepang bagian Barat pada Senin, pada pukul 16.00 waktu setempat. Badan Meteorologi Jepang sempat mengeluarkan peringatan tsunami besar untuk Prefektur Ishikawa dan peringatan tsunami rendah untuk wilayah pesisir Barat Honshu lainnya hingga Hokkaido.
Peringatan serupa juga diberikan oleh tetangga Jepang seperti Rusia, Korea Utara, dan Korea Selatan.
"Peringatan ini berarti warga yang tinggal di wilayah pesisir masih belum diizinkan untuk kembali ke rumahnya," kata Juru Bicara Pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, dikutip Guardian via CNBC Indonesia. "Setiap menit berarti. Mohon segera dievakuasi ke tempat yang aman,"
Dalam update terbaru yang dirilis pihak Jepang di Selasa pagi, korban tewas akibat gempa bermagnitudo 7.6 SR itu telah meningkat menjadi 48 orang. Media milik pemerintah, NHK, melaporkan beberapa orang mengalami luka ringan ketika mereka tersandung dan terjatuh saat melarikan diri. Sebagian juga terluka setelah tertimpa benda jatuh dari rak.
Hayashi juga turut menyampaikan jika pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN di daerah yang terdampak gempa tidak melaporkan adanya penyimpangan. Begitu juga dengan regulator nuklirnya tidak dideteksi adanya peningkatan radiasi.
Baca juga: [Exclusive Dreamers.id] DXTEEN Spill Deg-Degannya Pertama Kali Perform Di Depan NICO Indonesia!
Sementara itu pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo memastikan hingga Selasa (2/1) tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban jiwa akibat gempa di Prefektur Ishikawa, Senin (1/1) sore.“Dari komunikasi yang dilakukan KBRI Tokyo dengan simpul masyarakat, sejauh ini tidak ada laporan WNI menjadi korban jiwa. Hingga Selasa siang (2/1) tercatat sembilan orang WNI yang masih berada di tempat penampungan, terdiri dari mahasiswa dan pemagang,” kata Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi di Tokyo.
“Beberapa menit setelah kejadian bencana tim KBRI Tokyo telah melakukan kontak melalui hubungan telepon kepada simpul-simpul masyarakat di lokasi bencana. Mereka umumnya telah meninggalkan hunian berdasarkan arahan dari pemerintah setempat untuk tinggal sementara di lokasi penampungan,” katanya.
(rei)