DREAMERS.ID - Eric Trump, yang juga adalah anak dari Mantan Presiden Donald Trump belum lama ini mengklaim apa yang jadi penyebab Presiden Ruasia, Vladimir Putin enggan menginvasi Ukraina keitka masa kepemimpinan ayahnya.
"Putin merupakan mantan Intelijen Uni Soviet (KGB). Dia bisa membaca pikiran orang dan dia tahu Donald Trump adalah orang yang sangat kuat," kata Eric kepada Fox pada Senin (14/3) via laman CNN Indonesia.
Sontak komentar Eric tersebut dianggap gema atau lanjutan dari apa yang dulu pernah diungkapkan Mantan Presiden AS sebelumnya lagi, George W Bush, soal Putin.
"Saya menatap mata pria itu. Saya mendapati dia sangat lugas dan bisa dipercaya," kata Bush usai pertemuan puncak di Slovenia pada Juni 2011 lalu. "Kami melakukan dialog yang sangat bagus. Saya merasa sense dari jiwa dia; seorang laki-laki yang sangat berkomitmen untuk negara dan kepentingan terbaik negaranya."
Tapi komentar Eric tersebut juga tidak sedikit mendapat cemoohan karena pernyataannya yang mengatakan Putin membuat penilaian psikologis soal Donald Trump yang juga akan jadi bahan ejekan.
Di samping itu, Mantan Penasihat Keamanan Nasional Donald Trump, John Bolton mengatakan jika bisa jadi Putin menunggu saat yang tepat untuk menyerang Ukraina. Karena Putin mengira Trump akan menarik AS keluar dari NATO jika terpilih Kembali.
Karena perlu diketahui, hubungan AS dan Rusia sempat ‘menghangat’ Ketika Gedung Putih dipimpin oleh Trump. Tapi, hubungan AS dengan Ukraina justru memburuk. Masalah itu diduga karena Rusia ikut campur dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu yang memang berhasil menjadikan Trump Presiden AS.
"Pertama, entitas Rusia melakukan kampanye media sosial yang mendukung kandidat presiden Donald J. Trump dan meremehkan kandidat presiden Hillary Clinton," kata penasihat khusus, Robert Muller.
Kedua, badan intelijen Rusia melakukan operasi penyusupan komputer terhadap entitas, karyawan, dan sukarelawan yang bekerja di Kampanye Clinton lalu merilis dokumen curian.
"Investigasi juga mengidentifikasi banyak hubungan antara pemerintah Rusia dan Kampanye Trump," sambung dia.
(rei)