DREAMERS.ID - Indonesia dipenuhi oleh informasi tentang potensi gempa megathrust yang disebut bermagnitudo besar dan memberikan dampak luar biasa yang tak pelak menimbulkan ketakutan di kalangan Masyarakat. BMKG pun memberikan informasi terkait gempa megathrust ini.
Melansir Detik, Kepala Pusat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Prof Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa megathrust adalah sumber gempa subduksi lempeng. Dari subduksi lempeng ini terdapat dua bidang kontak antar dua lempeng tektonik di kedalaman dangkal kurang dari 50 km.
"Megathrust dapat dianalogikan sebagai patahan dengan dorongan naik yang besar karena mampu mengakumulasi energi medan tegangan gempa kuat yang menimbulkan rekahan panjang dan bidang pergeseran yang luas," jelas Dwikorita dalam webinar Waspada Gempa Megathrust yang digelar ITS, Selasa (20/8).
Pun ada 13 segmentasi sumber gempa megathrust, salah satunya di Jawa Timur dengan kekuatan magnitude 8.7. Total ada sekitar 13 segmentasi sumber gempa zona megathrust:
1. Megathrust Aceh-Andaman M 9,2
2. Megathrust Nias-Simeulue M 8,7
3. Megathrust Kepulauan Batu M7,8
4. Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9
5. Megathrust Mentawai-Pagai M 8,9
6. Megathrust Enggano M 8,4
7. Megathrust Selat Sunda - Banten M 8,7
8. Megathrust Jabar - Jateng M 8,7
9. Megathrust Jawa Timur M 8,7
10. Megathrust Sumbe M 8,5
11. Megathrust Sulawesi Utara M 8,5
12. Megathrust Lempeng Laut Filipina M 8,2
13. Megathrust Utara Papua M 8,7
Ketika megathrust terjadi, dapat memicu gempa dengan Tingkat destruktif yang cukup tinggi hingga menimbulkan tsunami. Menanggapi hal ini, BMKG pun melakukan serangkaian Upaya mitigasi kepada Masyarakat. Seperti menyiagakan 533 sensor seismograf untuk mendeteksi gempa. Selain itu mengadakan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami, hingga sosialisasi kepada masyarakat.
Baca juga: Update Gempa Bandung-Garut, Benarkah Berhubungan Dengan Megathrust?
"Namun kita bisa lihat trennya gempa. Di kala gempa yang kecil semakin meningkat, kita harus segera siaga. Penyampaian potensi megathrust ini mengingatkan semua pihak untuk berlatih dan menyiapkan mitigasinya," ungkap Dwikorita.Dwikorita juga menuturkan agar Masyarakat tidak panik karena informasi potensi gempa dan tsunami adalah upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial, ekonomi dan korban jika ketika bencana terjadi.
"Informasi potensi gempa megathrust bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat, padahal tidak demikian. Masyarakat diimbau untuk tetap beraktivitas seperti biasa," imbaunya.
Dwikorita mengajak Masyarakat meneladani public Jepang yang tidak mudah panik ketika memahami potensi bencana. Seperti di Jepang sudah ada perilaku mengamati gempa sejak 1.137 tahun lalu terutama dari gempa Hakuho Nankai dan dampak tsunaminya di tahun 684.
"Di Indonesia sejak kejadian Aceh, mulai kompak. Publik memiliki literasi gempa dan tsunami yang sangat baik, sehingga kalau mendapat informasi tidak kagetan dan tidak heboh. Kami juga terus belajar dengan Jepang. Tujuannya untuk menyempurnakan mitigasi," pungkasnya.
(rei)