DREAMERS.ID - Beberapa waktu lalu, media sosial Twitter sempat diramaikan oleh cuitan salah satu netizen yang mengunggah sebuah screenshot dari akun kitabisa.com, dimana penggalangan donasi dilakukan untuk seorang siswi bernama Novi yang ingin mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Turki.
Namun, banyak netizen yang justru mengkritik penggalangan dana yang dilakukan untuk Novi tersebut. Pasalnya, jika dilihat berdasarkan keterangan yang ada di akun kitabisa.com, Novi mendaftar ke universitas tersebut secara mandiri, dan maksud dari kata ‘beasiswa’ tersebut adalah donasi dari orang-orang untuk memenuhi kebutuhan kuliah Novi di Turki.
Mirisnya lagi, universitas tujuan Novi (Kirklareli University) ranking nya justru berada jauh dibawah universitas-universitas yang ada di Indonesia jika diurutkan dalam ranking universitas di dunia.
“Mestinya diarahkan buat cari beasiswa aja, belajar yg bener, aktif organisasi, dll biar bisa cari beasiswa LPDP atau beasiswa pemerintah2 dari negara tujuan. mahal gila klo kuliah di luar negeri mau bayar sendiri,” Tulis seorang netizen dengan username ‘va’.
Menanggapi fenomena ‘beasiswa donasi’ ini, salah satu sosiolog Universitas Sebelas Maret, Drajat Tri Kartonomengatakan seharusnya netizen harusnya ‘mengarahkan’ dan bukan hanya sekedar ‘mengkritik’.
“Sekolah itu niat baik, ke luar negeri itu membutuhkan keberanian dan tekat,” ujar Drajat dikutip dari kompas.com. “Misal ada yang berkomentar tentang biaya kuliah yang mahal. Tapi di sana sebenarnya kan bisa gratis. Si anak ini kan enggak tahu bagaimana untuk mendapatkan gratis dan sebagainya. Makanya dia dibantu, diarahkan,” sambungnya.
(sgd)