DREAMERS.ID - Meski baru akan beroperasi secara komersial sekitar Maret tahun depan, PT MRT Jakarta akan menggelar uji coba penuh pada akhir Desember 2018 ini. Dan ternyata ada sejumlah perbedaan yang terlihar antara kereta moda raya terpadu yaitu MRT ini dengan KRL commuter line.
Jenis Kereta
Meski keduanya berasal dari pabrikan sama yaitu produsen kereta Nippon Sharyo, MRT menggunakan kereta yang lebih baru dan modern. Satu kereta bisa muat 200.300 penumpang dengan jumlah 1.800 penumpang untuk satu rangkaian kereta (enam gerbong kereta).
Kecepatan rangkaian kereta MRT pun bisa mencapai 80 kilometer per jam dan bisa meningkat sampai 100 kilometer per jam di bawah permukaan tanah. Kereta MRT juga memiliki dimensi 20 m x 2.9 m x 3.9 m untuk masing-masing gerbong.
Kursi Penumpang
Sempat dikritik, kursi di MRT berbeda dengan KRL commuter line yang kursinya empuk dengan dudukan seperti sofa. Sementara dudukan kereta MRT menggunakan fiber dan sempat disebut seperti kursi kopaja dan metro mini.
Warnanya biru seperti eksterior kereta dan ada 7 tempat duduk di tiap deret dengan maksimal 50 kurs per rangkaian kereta. Kursinya juga bergaya ‘melayang’ sehingga penumpang bisa menaruh barang di bawah.
Baca juga: Catat, TransJakarta dan MRT Hanya Jalan Sampai Jam 8 Malam Mulai Hari Ini
Selain itu juga berbeda dengan KRL commuter line yang di tiap atas deretan kurs terdapat rak besi untuk bawaan penumpang. Di MRT tempat menaruh tas hanya ada di ujung depan dan belakang tiap gerbong, tepatnya di atas bangku prioritas."Kalau jarak panjang orang harus taruh itu ya perlu. Tapi kemarin memang karena cuma 30 menit enggak perlu tas besar kan. Dan dalam kereta kita minta orang tasnya di bawah," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengutip Kompas.
Di kereta MRT, kacanya juga dibuat polos tanpa tirai atau layar seperti KRL commuter line yang dipasang layar yang bisa ditarik ketka matahari terik. Hal ini dianggap tidak jadi masalah karena separuh perjalanan yaitu dari Bundaran HI ke Bundaran Senayan, kereta akan berada di bawah tanah yang minim cahaya.
Interkom
Untuk pilihan kondisi darurat, KRL commuter line memiliki pembuka pintu manual di bawah tempat duduk. Sementara tuas pembuka pintu MRT diletakkan di bagian atas dekat pintu. Selain itu di atas tempat duduk prioritas ada interkom yang cara kerjanya kurang lebih sama seperti di lift.
Ada pula tombol emergency yang bisa ditekan dan bisa berbicara dengan masinis secara bergantian. Untuk kaca juga sama seperti KRL commuter line di mana keduanya bisa ditarik ke bawah dalam keadaan darurat.
(rei/image: Suara)