Menurut Dwikorita, daripada mengira-ngira waktunya, akan lebih baik untuk memastikan ketahanan gempa dan pencegahan. Serta sosialisasi aktif untuk dan dari masyarakat soal gempa dan penanganannya.
"Makanya perlu dicek itu mal-mal, hotel-hotel itu apakah pembangunannya sudah sesuai dengan building code bangunan tahan gempa," kata dia. "Itu sebenernya yang paling urgent, kita cek. Daripada menebak-nebak gempanya kapan, jangan terjebak ke situ."
Ditambahkan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jakarta sebenarnya belum siap menghadapi bencana besar. Harus dilakukan pemetaan detail dalam sebuah gedung. Karena perlu diingat, gempa tak hanya mengakibatkan gedung roboh, namun juga kebakaran pipa dan kebocoran gas.
"Ya infrastrukturnya, masyarakat, pemdanya belum siap menghadapi gempa-gempa besar ya. Kita lihat infrastruktur dari segi bangunan, kita tidak tahu apakah bangunan yang ada konstruksinya tahan gempa sehingga perlu dilakukan audit gedung bangunan," kata Sutopo.
"Kalau terjadi kebakaran saja, evakuasi di Jakarta sulit karena banyak gang yang tidak bisa dimasuki mobil kebakaran." lanjut Sutopo. "Korbannya bisa ribuan dengan penduduk yang padat kayak gini, jadi kalau terjadi risikonya sangat tinggi. Kerugian jiwa maupun ekonomi sangat besar. Karena itu harus ada latihan rutin contingency planuntuk menghadapi gempa besar,"