DREAMERS.ID -Kabar meninggalnya seorang dokter anestesi bernama Stefanus Taofik saat tengah bertugas di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro membuat heboh jagat dunia maya. Kabar yang beredar mengatakan kalau Stefanus kelelahan bertugas selama lebaran.
Namun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menduga kalau Stefanus yang sedang menempuh pendidikan subspesialis Konsultasn Intensive Care (KIC) ini meninggal karena penyakit brugada syndrome. Sebuah penyakit ketidaknormalan sistem listrik jantung sehingga mengakibatkan gangguan irama jantung yang dapat membahayakan jiwa atau aritmia.
“Ya, betul. Dugaannya memang mengarah ke sana,” ucap Ketua Umum Pengurus Besar IDI terpilih periode 2019-2021, Daeng Mohammad Faqih, mengutip Tempo.
Dugaannya, ada kelainan genetik pada pembuluh darah di jantung koroner. Menurut laporan dari Sing Health, brugada syndrome merupakan kelainan fungsi listrik jantung yang mengakibatkan aritmia. Seharusnya, setiap detak jantung dipicu impuls listrik dari sel spesial (pucuk sinus) pada ruang kanan atas jantung (atrium). Di pori kecil dari setiap sel terjadi aktivitas listrik.
Dugaan serupa juga disampaikan oleh Ketua Program Studi SP2 Divisi Anestesia Ambulatori dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Arif H.M. Marsaban yang mengatakan kalau Stefanus mengidap brugada syndrome. Salah satu bentuk penyakit aritmia maligna atau berbahaya akibat channelopathy.
Baca juga: Adegan Dewasa Sulli Hingga Ricky Martin Siap Nikah dengan Pacar Prianya Jadi Berita Populer Sepekan
“Kelainan ini terbanyak pada laki-laki dan sudden cardiac death kerap terjadi saat tidur,” jelas dr. Arif."Saya mau klarifikasi atas kasus meninggalnya TS (dr. Stefanus Taofik) di RSPI. Yang bersangkutan tidak jaga 5 hari berturutan, tapi memang 2x24 jam. Hanya saja saat itu di ICU tidak ada pasien dan tindakan operasi sehingga sebenarnya waktu istirahat cukup," terang dr. Arif dalam keterangan tertulisnya.
(dits)