DREAMERS.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengingatkan otoritas medis setiap negara mengawasi kemungkinan penyebaran virus zika. Virus yang diduga bisa memicu kerusakan otak dan cacat fisik bayi ini telah menyebar di Amerika Selatan, terutama Brasil. Berikutnya, Amerika Serikat dan Meksiko diduga segera terpapar.
BBC News melaporkan, Selasa (26/1), WHO menyatakan warga asing bepergian ke negara-negara telah terpapar virus Zika sebaiknya melakukan konsultasi kesehatan. Zika kini menular ke lebih dari satu juta orang, dan kasus-kasusnya muncul di 20 wilayah Amerika Latin dan Kepulauan Samudera Pasifik, seperti Kolombia, El Salvador, Haiti, Honduras, Meksiko, Venezuela, dan Puerto Rico.
Zika adalah virus yang disebarkan nyamuk aedes aegypti, persis demam berdarah. Bedanya, dampak virus ini lebih berbahaya bagi ibu hamil dan anak yang dikandungnya. Jika orang dewasa terkena, kadang gejala yang muncul hanya bentol kecil di sekujur tubuh tanpa sakit berlebihan tanpa berujung kematian.
Tapi pada ibu hamil, efeknya adalah bayinya akan lahir dengan kepala kecil (microcephaly). Pemerintah Brasil mencatat akibat virus Zika ini, laporan kelahiran bayi dengan kerusakan otak dan kepala kecil melonjak hingga 3.500 kasus sepanjang 2015. Sebagai perbandingan, setahun sebelumnya bayi yang lahir dengan kepala kecil di Brasil 'cuma' mencapai 140 kasus.
Baca juga: Virus Zika: Ketika Obat Nyamuk Jadi Kebutuhan Utama Warga Singapura
Kabarnya, zika juga bisa berpindah melalui transfusi darah. Artinya hubungan seks juga bisa menjadi sarana virus tersebut semakin tersebar di muka bumi. "Namun soal darah ini masih berupa dugaan. Perlu penelitian lebih lanjut," kata Marcio Nehab, peneliti di Insitut Penyebaran Penyakit Menular Rio de Janeiro, Brasil.Otoritas Kesehatan Amerika Serikat kini mendesak warganya, khususnya yang hamil, untuk segera memeriksakan diri bila merasa pernah berkunjung ke negara yang sedang terkena wabah Zika.
Virus ini pertama kali ditemukan di kawasan hutan daerah Zika, Uganda. Entah bagaimana, virus ini menyebar dari Benua Afrika ke Amerika Latin. Ilmuwan sudah menemukan virus tersebut sejak 1980-an, tapi karena sangat jinak, banyak yang tidak lagi menganggap virus ini penting. [ard]