DREAMERS.ID - Lembaga penelitian Korea Selatan mengungkapkan bahwa mereka telah membangun fasilitas penelitian bawah tanah terdalam, yang menjadi sebuah langkah untuk membuka misteri alam semesta.
Mengutip laman Korea Times, Institute of Basic Science (IBS) Korea Selatan mengatakan bahwa Lab Yemi terletak 1.100 meter di bawah tanah Gunung Yemi di Provinsi Gangwon timur. Lab tersebut akan resmi dibuka tahun depan.
Laboratorium ini mencakup area seluas 3.000 meter persegi, yang dapat menampung lebih dari 10 jenis penelitian eksperimental pada saat yang bersamaan.
IBS mengatakan fasilitas bawah tanah akan membantu para penelitinya mendeteksi sinyal dari bahan yang kurang dikenal ini tanpa mengganggu kebisingan latar belakang atau sinar dari luar.
Banyak negara maju memiliki fasilitas penelitian bawah tanah seperti itu, termasuk Fasilitas Penelitian Bawah Tanah Sanford AS yang terletak 1.478 m di bawah tanah, dan Laboratorium Observatorium Neutrino Sudbury Kanada 2.300 m di bawah tanah.
Baca juga: Bunuh Diri Masih Menjadi Penyebab No. 1 Kematian Anak Muda Korea
Proyek senilai 31 miliar won yang dimulai pada tahun 2017, bertujuan untuk melakukan studi tentang penciptaan alam semesta dan komposisinya melalui pendeteksian "materi gelap" dan mengukur massa "neutrino.""Materi gelap" mengacu pada komponen alam semesta yang kehadirannya dilihat dari daya tarik gravitasinya daripada luminositasnya (kilauan). Ini menyumbang sekitar 30 persen dari materi alam semesta, tetapi sifat yang tepat dari materi tersebut saat ini tidak diketahui.
Sejumlah peneliti telah melakukan upaya untuk mendeteksi dan mengukur sifat-sifat partikel masif yang berinteraksi lemah, sebuah hipotesis tentang apa yang terkandung dalam materi gelap, tetapi sejauh ini telah menghasilkan hasil yang lebih rendah dari yang diperkirakan.
Neutrino adalah partikel netral elektrik yang sangat kecil yang merupakan bagian dari fermion elementer yang terdiri dari gaya fundamental alam semesta. Sebagian besar sifat esensial neutrino juga tetap tidak diketahui, dan para peneliti IBS akan melakukan studi tentang masalah ini di Lab Yemi.
(mth)