DREAMERS.ID - Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menggelar acara ‘Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019’ pada hari Senin (14/5) di Hotel Sahid, Jakarta. Di acara tersebut, sejumlah tokoh Badan Pemenangan Nasional )BPN) Prabowo Sandi memaparkan bukti-bukti kecurangan yang terjadi pada sebelum dan sesudah pelaksanaan Pilpres 2019 yang berbarengan dengan Pileg 17 April lalu.
Via laman Kumparan, salah satu tokoh yang memaparkan kecurangan itu adalah Profesor Laode dan tim internal BPN yang memang ditugaskan secara khusus menangani persoalan DPT dan IT. Hal pertama dikatakan oleh Choirul, salah satu anggota tim BPN, jika masalah DPT tidak pernah dituntaskan oleh KPU.
“Inilah sebenarnya persoalan DPT yang disebut DPT tuyul. Dan 6,1 juta DPT ganda, dan 18 juta DPT invalid yang hanya terdapat di Jawa. Kita cek ke lapangan selau ada DPT tuyul atau DPT siluman," jelas Choirul. "1 TPS itu bisa ada 228 pemilih bertanggal lahir sama, dan itu jumlahnya bukan hanya 1 2, 1 Juli bisa ada 9,8 juta orang,”
Kecurangan lain diungkap oleh salah satu ahli IT BPN soal input data situng KPU yang dianggap selalu merugikan Prabowo-Sandi. Ia juga mengaku memiliki beberapa bukti kecurangan mengenai scan formulir C1 yang ternyata hasil editing di Photoshop.
“Saya alumni ITB diberi tugas untuk mengihimpun penggunaan data situng. Pertama publikasi situng tidak sesuai data base, artinya data itu diambil dulu dari suatu tempat ke tempat lain. Dan terbukti memang saat disidak Bang Fadli, terbukti suara 02 langsung naik,” ujarnya.
Baca juga: Kenapa Prabowo Sudah Berkunjung Ke Cina-Jepang Padahal Belum Resmi Jadi Presiden?
“Kemudian tidak ada validasi atau karantina setelah kesalahan entry, kesalahan ini sangat naif, C1 tidak lengkap, ini sudah beredar luas. Kemudian publikasi situng diakui KPU tidak berdasarkan data yang terverifikasi. Jadi bersebrangan dengan verifikator,” imbuhnya.
Sementara Profesir Laode mengatakan data tanpa kecurangan tabulasi C1 dari relawan Prabowo-Sandi menunjukkan hasil unggul yang signifikan. Menurut perhitungan BPN hingga saat itu, paslon Prabowo-Sandi unggul 54,4 persen. Sementara Jokowi-Ma'ruf Amin mencapai 44,24 persen. Perhitungan suara dilakukan di lebih dari 51 persen TPS.
“Data tanpa kecurangan yang kta miliki pada jm 12 hari ini, posisi kita 54,24 persen (48 juta suara). Jokowi 44,24 persen (39 juta suara). Posisi ini diambil dari total TPS 51 persen lebih, bagi ahli statistik angka ini sudah valid dan angka ini hanya bisa berubah kalau betul-betul dirampok. Dan ini yang perlu kita jaga, dan teman-teman IT,” tutup Laode.
Seperti yang diketahui jika sebelumnya tim BPN Prabowo-Sandi mengklaim kemenangan tanpa kecurangan dari data internal mereka mencapai 62%. Sementara di acara Senin kemarin, BPN membeberkan jika posisi Prabowo-Sandi ada di angka 54.24%
(rei)
