DREAMERS.ID - Dengan masa transisi PSBB diterapkan di Ibu Kota DKI Jakarta, banyak pula yang mempertanyakan nasib lokasi hiburan atau pun gelaran-gelaran acara yang akan diselenggarakan di masa new normal ini.
Disebutkan, tempat hiburan dan event hingga kini emmang masih belum diizinkan, melansir Detik. Dengan alasa, Pemprov DKI Jakarta masih membahas secara rinci protokol kesehatan untuk tempat hiburan dan event.
"Masih dibahas protokol COVID nya ini kan memang nggak sekali ketemu langsung selesai. Kita bahas dulu sama teman-teman, lagi disusun nanti kalau sudah matang, sudah disepakati bersama, baru kita lapor ke Tim Gugus COVID, nanti mereka yang akan menilai ini sudah aman atau belum. Itu di Tim Gugus Tugas COVID," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Cucu Ahmad Kurnia di ruang rapat Komisi B DPRD DKI Jakarta, Rabu (17/6).
Cucu menjelaskan, event merupakan tempat kerumunan massa yang sulit melakukan physical distancing atau jaga jarak sehingga masih perlu ada kajian mendalam mengenai protokol kesehatannya.
"Event ini memang termasuk yang secara social distancing kan sangat rawan, jadi masih rumusan-rumusannya juga masih cari referensi dari berbagai sumber, dari luar negeri dan segala macam. Memang belum ada yang bisa memenuhi kriteria yg diharapkan," ucapnya.
Baca juga: Pakar Singgung Indonesia Punya ‘Super Immunity’ Soal Infeksi Corona Dibanding Singapura
Karena bagaimanapun, jika sebuah event dipaksakan untuk melakukan physical distancing, akan berimbas merugikan pemilik atau penyelenggara acara itu sendiri. Sebab, penyelenggara pasti tidak bisa membuat venue penuh dengan pengunjung"Taro nih kita paksakan social distancing ternyata kapasitas 30% akhirnya penyelenggaranya tekor. Ya ngapain bikin konser kapasitas 1.000 yang hadir cuma 300, nggak balik modal itu kan, ini ada faktor seperti itunya, nah ini ada hitungan ekonomi yang ada kesepakatan," katanya.
Selain itu, Cucu mencontohkan mengenai bioskop, tempat untuk orang menonton film itu bisa saja dibuka dengan kapasitas 50%. Tapi, dengan dibuka 50%, bioskop bisa saja mengalami kerugian.
"Misalnya kayak bioskop, gampang aja kan kapasitas 50%, tapi apa balik modal kalau buka 50%? Itu yang harus dicari jalan tengahnya. Ngapain dipaksakan buka kalau masih tekor. Event diskotek itu sulit, kalau sekarang referensi di dunia masih belum ada yang buka juga," tandasnya.
(rei)