DREAMERS.ID - Penerapan perluasan sistem ganjil genap, selain mengurai dan mengurangi kemacetan ibu kota, diharapkan pula bisa menekan tingginya polusi udara di DKI Jakarta. Namun nampaknya sistem tersebut tidak terlalu berpengaruh jika tidak sungguh-sungguh dilakukan.
Via laman Medcom, kebijakan ganjil genap tidak akan efektif dalam memperbaiki kualitas udara jika kebijakan tersebut tidak diseriusi. Hal itu dipaparkan oleh Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
"Jika penerapannya hanya setengah hati, maka perluasan area ganjil genap tak akan efektif menekan kemacetan di Jakarta, dan tak akan mampu menekan tingginya polusi udara di Jakarta," kata Tulus.
Tulus mengatakan hal itu pengecualian sepeda motor dalam kebijakan ganjil genap akan mendorong pengguna roda empat berpindah ke kendaraan roda dua. Terlebih, pertumbuhan kepemilikan sepeda motor di Jakarta mencapai lebih dari 1.800 per harinya.
Baca juga: Jakarta Puncaki Peringkat Polusi Udara Dunia Bahkan Ketika Diguyur Hujan Deras
Angka tersebut belum pula termasuk pengguna ojek online. Pengecualian sepeda motor akan membuat kualitas udara tambah buruk. Berdasarkan data Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), sepeda motor berkontribusi paling signifikan terhadap polusi udara. Rinciannya, polusi dari sepeda motor 44,53%, mobil 16,11%, bus 21,43%, truk 17,7%, dan bajaj 0,23%;Tulus menilai upaya menekan polusi udara akan gagal manakala kendaraan di Jakarta masih gandrung menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Apalagi, masih banyak masyarakat menggunakan BBM dengan kualitas rendah dan mengandung sulfur tingkat tinggi.
Pada awal Agustus lalu, Jokowi menyebut tidak menutup pintu untuk partai lain yang ingin bergabung ke dalam koalisinya. Jokowi juga mengatakan jika komposisi kabinetnya beragam, bahkan lebih banyak diisi kalangan profesional.
(rei)