DREAMERS.ID - Capres nomor urut 1 Joko Widodo dan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto baru saja menyelesaikan debat kedua yang diselenggarakan di Hotel Sultan pada Minggu, (17/02/19) malam. Para pengamat politik menilai di malam itu Jokowi terlihat lebih agresif sementara Prabowo nampak lebih tenang.
Pengamat politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto mengatakan Jokowi tampil agresif, penuh percaya diri dan menguasai materi. Sebaliknya, Prabowo dinilai tidak banyak memaparkan program kerja atau kelemahan kebijakan Jokowi sebagai petahana. Serangan Prabowo kepada Jokowi juga lemah dan bisa dijawab mentah Jokowi karena keterbatasan data yang dimiliiki.
"Panggung praktis dikuasai Jokowi, yang bukan hanya lebih artikulatif, melainkan pula terkesan meyakinkan dengan data numerik dan catatan kebijakan," katanya lewat keterangan tertulis mengutip CNN Indonesia, Minggu (17/02).
Baca juga: Wajib Tahu! Ini Nama-nama 11 Panelis Debat Pertama Pilpres 2024 dari KPU
Pengamat politik lain dari Habibie Center, Bawono Kumoro, menilai Prabowo terjebak dalam berbagai narasi besarnya dalam debat kedua ini. Prabowo seringkali tidak memberikan penjelasan detail soal gagasan yang diutarakannya. "[Pasal 33 UUD 1945] itu narasi besar, tapi bagaimana mendetailkan itu. Kita sepakat dengan pasal tersebut, tapi operasionalnya bagaimana. Itu tidak detail," ujar dia.Menurutnya, Prabowo mengutarakan narasi yang tak tepat diterapkan untuk era saat ini. Itu pula yang jadi sebab Prabowo tak bisa menjawab pertanyaan detail dari Jokowi. "Misalnya kemandirian tadi ada lagi istilah pendekatan kerakyatan seperti narasi Soekarno, lalu narasi besar berdikari [berdiri di atas kaki sendiri] itu cocok di masa perjuangan, narasi untuk himpun solidaritas bangsa. Di era sekarang kita perlu orang tahu detail," tuturnya.
Sependapat dengan Bawono, pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman, menilai bahwa pernyataan Prabowo hanya retorika yang tidak diperkuat substansi. "Prabowo terbiasa dengan pernyataan yang agung besar, tapi di sini saya pikir pernyataan besar tadi begitu tinggi tapi tidak ada argumen penopang," tuturnya.
(bef)