DREAMERSRADIO.COM - Dalam beberapa pekan terakhir ini, sejumlah kasus pemburuan satwa liar yang kemudian diunggah ke media sosial sedang ramai dibicarakan netizen. Mulai dari beruang madu, kucing hutan, sampai yang terbaru adalah kera, semua hewan itu tega dibunuh lalu dipamerkan ke sosial media.
Dan tak berhenti sampai pamer hasil buruan, pelaku juga bahkan tega menyantap hewan hasil tangkapannya dan terang-terangan mengakuinya. Mengingat semua hewan tersebut semestinya tak dikonsumsi, apakah perilaku ini memiliki hubungan dengan kondisi kejiwaan pelaku?
Menurut Teddy Hidayat, seorang psikiater di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin, Bandung, para pelaku belum tentu sakit jiwa, melainkan punya kepribadian khusus. Dari narsis atau membanggakan diri hingga pembunuh berdarah dingin.
Teddy mengatakan para pelaku punya motif ingin mendapatkan pujian dari orang lain karena perbuatannya unik dan merasa hebat. "Orangnya narsis juga. Sebab, setelah melakukan itu, fotonya dikirim ke media sosial," ujar Teddy melansir laman Tempo.
Psikiater senior itu juga melihat sisi lain kepribadian pelaku, yakni pelanggar hukum, norma, atau adat, dan tidak peduli pada orang atau makhluk lain. "Mereka juga arogan, tidak punya rasa kasihan. Hati nuraninya tumpul dan pembunuh berdarah dingin," kata Teddy.
Selain harus berurusan dengan polisi, Teddy menyarankan agar pelaku menjalani konseling kejiwaan setelah motif pamer makan hewan itu diketahui. "Tujuannya agar mereka paham mana yang pantas atau tidak," tutur Teddy.
Mengingat usia para pelaku sudah dewasa sekitar 20-an tahun, Teddy mengatakan bahwa mungkin membutuhkan waktu yang lama. Perilakunya tidak bisa diubah seketika karena sepanjang hidupnya sudah terbentuk seperti itu.
(fzh)