DREAMERSRADIO.COM - Usai terjadinya penembakan di Kampus Oregon, Amerika Serikat minggu lalu yang menewaskan 10 orang, penjualan senjata di negeri Paman Sam itu malah meningkat drastis. Senjata api laris dibeli warga karena merasa perlu mempersenjatai diri.
Seorang pemilik toko senjata Hyatt Guns di North Carolina, Larry Hyatt mengatakan, penjualan senapan di tokonya meningkat setelah penembakan Kamis pekan lalu.
“Toko dibanjiri pengunjung,” kata Hyatt kepada laman CNN.
Hal ini bukan hal aneh, karena tren pembelian senjata menjadi ramai setiap terjadinya insiden penembakan di Amerika Serikat. Hal seperti ini juga sempat terjadi pada tahun 2007 saat penembakan yang merenggut 33 nyawa terjadi di kampus Virginia Tech.
Hal serupa juga terjadi setelah penembakan SD Sandy Hook pada Desember 2012 yang menewas 27 orang di mana 20 di antaranya adalah anak-anak. Presiden Obama sendiri telah memperketat penjualan dan kepemilikan senjata di AS.
Namun menurut Hyatt, upaya Obama tersebut hanya membuat masyarakat semakin berniat membelinya. Masyarakat justru menimbun senjata karena khawatir terjadi kelangkaan dan tidak mampu membelinya lagi.
Pelaku penembakan Kampus Oregon, Chris Harper-Mercer sendiri tewas setelah bunuh diri. Ia diketahui sebagai orang yang frustasi karena masih lajang, tidak punya kekasih dan tidak pernah berhubungan seks di usia 26 tahun menurut tulisan Mercer yang diberikan kepada seorang saksi selamat.
(rei)