DREAMERSRADIO.COM - Sistem pendidikan di Korea Selatan memang terkenal ketat dan kompetitif. Dan baru-baru ini sebuah sumber berita lokal Korsel The Kyunghan Shimun menerbitkan sepotong kisah yang cukup menarik tentang sistem pendidikan di negara tersebut.
Hal ini dipicu oleh tindakan yang dilakukan oleh seorang gadis muda yang baru saja putus sekolah dan melakukan demonstrasi seorang diri. Gadis itu melakukan perjalanan ke seluruh penjuru Korsel untuk menarik perhatian orang-orang agar mau mendiskusikan keadaan sistem pendidikan di negara mereka.
Sama seperti seorang mahasiswa bernama Kim Ye Seul yang mengritik efek negatif dari pendidikan di universitas dan meninggalkan kuliah departemen bisnisnya di Korea University, kini Kim Da Eun pun telah menjadi topik di media sosial karena mempermasalahkan sistem pendidikan hingga dirinya memutuskan untuk meninggalkan bangku SMA di Jinju pada April lalu.
Sekitar tiga bulan setelah keputusannya meninggalkan sekolah, Kim sudah mengemas barang-barangnya. Namun bukan perjalanan untuk bersenang-senang yang ia lakukan, melainkan untuk ‘berbagi pengalaman’ dengan orang lain.
Di hari pertama perjalanannya, Kim mengunjungi sekolah alternatif yang ia kenal melalui Facebook dan mempelajari proses belajar mereka. Sebelumnya Kim tidak membuat rencana apapun untuk menemui orang-orang ini, tapi dirinya terus saja berpindah-pindah.
Melansir Soompi, tepatnya pada tanggan 17 April, Kim menulis surat keputusannya untuk berhenti sekolah dan menyatakan, “Saya meninggalkan sekolah ini dengan kurangnya pembelajaran yang tulus dan hanya kompetisi yang tersisa.”
Mulai tanggal 1 Mei sampai 12 Juli kemarin, Kim berdiri di luar sekitar 20 sekolah menengah dan tinggi di Jinju, melakukan demonstrasi seorang diri sambil membawa sebuah papan bertuliskan “Aku bukan boneka jadi aku memotong tali ini,” dan kata-kata lainnya yang menjadi alasannya putus sekolah.
Baca juga: 'Dibedakan', Ini Ajaran yang Ditanamkan ke Anak-Anak Korsel Tentang Korea Utara
Dia pun mengatakan, “Aku benci sistem pendidikan ini yang memberi peringkat pada siswa dan mengajar dengan teknik menghafal. Sekolah memonitor bahkan kehidupan pibadi siswa, itu mengganggu, dan membuat kita menjadi mesin belajar.”“Aku tidak bisa terus bersekolah di tempat yang menyuruhku untuk menyerah pada kepribadianku. Siswa lainnya memliki pemikiran yang sama, tapi aku hanya menjalankannya.”
Sebelum memutuskan untuk putus sekolah, Kim sudah melakukan alternatif lain seperti berkonsultasi dengan banyak guru, membuat klub bagi siswa yang memiliki pemikiran yang sama, sampai berpikir untuk mencoba sekolah tinggi alternatif.
Atas keputusannya saat ini, Kim pun mengaku bahwa orangtuanya bisa memahami namun mereka juga berharap bahwa sang anak bisa masuk universitas.
Kim juga mengatakan, “Bahkan jika itu bukan sekolah, masih ada banyak yang bisa dipelajari dari orang lain. Aku tidak hanya ingin belajar untuk ujian tapi aku juga ingin tahu lebih banyak tentang diriku dan kehidupan.”
(fzh)