DREAMERSRADIO.COM - Masih ingat dengan majalah kontroversial penista Rasulullah Muhammad SAW, yang sempat diserang oleh dua orang yang memakan korban jiwa para pemimpin redaksinya?Kini kondisi berbalik setelah Wartawan dan karyawan bertanya-tanya mengapa mereka tidak menikmati rejeki pasca serangan teror yang meraup 30 juta euro tersebut.
Serangan terhadap pemegang saham Charlie Hebdo dimulai dari ruang redaksi. Sebelas anggota redaksi menyeru agar seluruh karyawan menjadi pemegang saham. Mereka mempersiapkan tim pengacara.
Saat ini, saham Charlie Hebdo dipegang tiga orang. Orang tua Stephane Charboniere dan Kartunis Riss masing-masing memegang 40 persen. Sisanya, atau 20 persen, dipegang manajer Eric Portheault.
Stephane Charboniere, atau Charb, adalah pemimpin redaksi Charlie Hebdo. Ia tewas dalam serangan teror, Januari 2015, yang dilakukan Said dan Cherif Kouachi. Laurent Leger, salah satu wartawan Charlie Hebdo, tertegun. Pada 18 Maret lalu dia mengumumkan pembentukan kelompok untuk membuka pembicaraan soal penyaluran saham Charlie Hebdo kepada karyawan.
Salah satu anggota kelompok ini adalah kolumnis Patrick Pelloux, yang populer berkat kartun buatannya saat pawai di Paris. Charlie Hebdo adalah majalah mendadak kaya berkat serangan teror. Sebelum serangan terjadi, Charlie Hebdo adalah majalah megap-megap dengan oplah 30 ribu eksemplar per pekan, dan belum tentu terjual.
Setelah serangan teror, Charlie Hebdo mampu menjual tujuh juta eksemplar di sekujur Eropa, dan belahan dunia lainnya. Majalah kebanjiran sumbangan, dan menjadi simbol kebebasan berbicara lewat hashtag #jesuischarlie.
Baca juga: Vatikan Kritik Charlie Hebdo Atas Edisi Setahun Insiden Penembakan Kantornya
Seorang pengacara yang tak ingin disebut namanya, mewakili manajemen Charlie Hebdo, mengatakan; "Semua uang itu ternyata lebih berbahaya dari teroris.""Riss masih di rumah sakit. Saham Keluarga Charb telah dibekukan ahli warisnya," lanjut pengacara itu kepada AFP.
Menurutnya, pertikaian ini tidak ada ubahnya keluarga yang baru kembali dari pemakaman lalu bertekar soal warisan. Ia juga mengatakan selain hasil penjualan, semua uang hasil sumbangan harus lebih dulu dipotong pajak 60 persen.
Lager, dalam surat terbuka, menulis distribusi saham yang adil akan memungkinkan manajemen transparan. "Semakin lebar pengawasan, semakin baik bagi semua orang," ujarnya.
(rei/Inilah.com)