Informasi menyedihkan mengenai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri harus kembali ditelan oleh masyarakat tanah air.
Anggota Komisi III DPR fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari, mengaku menerima informasi dari WNI yang ada di Singapura bahwa terdapat iklan penjualan serupa ‘TKI on sale’ di Singapura. Seperti yang dilansir oleh inilah.com, Eva mengemukakan bahwa ia menerima kabar banyak ditemukannya tabung reklame neon tentang penjualan Pembantu Rumah Tangga (PRT) Jawa di Bukit Timah Plaza Singapura.
Hal ini jelas menjadi hal yang sangat menyedihkan, apalagi ketika TKI tersbeut dipajang layaknya barang yang diperjualbelikan! “ Tidak saja info yang diiklankan dan cv masing-masing TKW yang ditempel di kaca, tetapi para TKW ini diberi seragam dan diminta duduk berjajar layaknya barang dagangan dipajang untuk dipilih para pembeli,” jelas Eva.
Tragisnya, iklan tersebut juga memuat sistem ‘pembelian’ TKI dengan cara tidak memberi gaji selama 6 bulan. Selaku WNI, Eva jelas sangat menyayangkan hal ini. menurutnya iklan seperti itu menyerupai penjualan budak di jaman pertengahan.
Mengenai hal ini, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat mengkonfirmasi langsung bahwa iklan layanan tersebut bukan untuk TKI Jawa.
Baca juga: akmu
Menurutnya setelah mendapat kabar langsung dari pihak KBRI di Singapura yang langsung memanggil perusahaan pemasang iklan “Javamaids”, pencantuman nama tersebut bukanlah diartikan TKI Jawa, melainkan sebuah nama perusahaan perekrut tenaga kerja sector domestik yang ada di Singapura.Jumhur menambahkan bahwa menurut Javamaids iklan perekrutan tersebut tidak ditujukan bagi TKI, tetapi untuk calon pekerja rumah tangga dari Negara lain, karena menurut perusahaan tersebut biasa rekrutmen TKI dirasakan tinggi oleh para pengguna keluarga yanga da di Singapura. Javamaids juga telah menyatakan akan mencabut seluruh iklan yang mengakibatkan ketidaknyamanan berbagai pihak di Indonesia.
KBRI Singapura sendiri meminta agar Javamaids mengubah nama perusahaannya agar lebih beretika dan menghindari salah pengertian serupa.
Wah, semoga hal-hal yang mencerminkan perbudakan seperti ini tak akan ada lagi ya dreamers, dan para pahlawan devisa dapat lebih dihormati di Negeri orang.