Indonesia memang menyimpan kekayaan hayati yang sangat besar. Setelah Ekspedisi LIPI di Pulau Mursala, Kepulaun Riau, mereka mengaku menemukan kembali pohon kayu keras jenis meranti atau Dipterocarpus Cinereus Sloot yang telah dinyatakan punah pada tahun 1998 silam.
”Hanya sedikit pohon itu yang tersisa di Pulau Mursala. Perlu diselamatkan,” ungkap Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI, Mustaid Siregar di Bogor, Jawa Barat. Penyelamatan hayati untuk menemukan manfaat lain yang lebih besar.
Sementara itu, menurut masyarakat sekitar mereka menyebut pohon tersebut sebagai pohon Keruing. Bahkan jenis kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi ini hanya memiliki habitat yang sedikit di Pulau Mursala tersebut.
Berdasarkan catatan herbarium, pohon itu pertama kali ditemukan pegawai Jawatan Kehutanan berkebangsaan Belanda, AV Theunissen, tahun 1916. Sebelas tahun berlalu, jenis pohon yang saat itu sudah tergolong sedikit ini diidentifikasi Dirk Fok van Slooten. Tahun 1998, Lembaga Konservasi Alam Dunia (IUCN) menyatakan jenis pohon ini hilang atau punah.
Sebelumnya, data terbaru dari daftar merah IUCN tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat ke-5 bersama Brasil sebagai negara dengan jumlah tumbuhan terancam kepunahan tertinggi di dunia. Tercatat sebanyak 393 jenis tumbuhan dari total 1.063 jenis tumbuhan terancam punah. Jumlah itu meningkat 1,7 persen dibandingkan dengan tahun 2010.
Mustaid menyebutkan, tim ekspedisi Pulau Mursala menemukan lebih dari 70 koleksi tumbuhan dengan 200 spesimen. Setidaknya, tujuh jenis pohon meranti-merantian (Dipterocarpaceae) langka sesuai daftar merah IUCN telah ditemukan.